Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Dua Gajah Perang Tagar, Netizen Polos Mati di Tengah

25 Mei 2020   17:37 Diperbarui: 26 Mei 2020   10:54 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah karakteristik dunia maya yang menjadi jalan masuk oknum besar yang punya kepentingan. Mereka memang tidak sumber daya sosial berupa jaringan pertemanan, tetapi ada sumber daya lain yang juga bisa digunakan: duit! Dengan modal finansial, oknum tersebut bisa merekrut para selebtwit, juga menggunakan akun-akun bot untuk mengangkat tagar tertentu sesuai kepentingan mereka.

Jadi saat ada tagar tertentu yang menjadi trending, belum tentu tagar tersebut adalah persepsi mayoritas dari warganet. Bisa saja ada kepentingan tertentu yang menunggangi tagar tersebut.

Cara mengetahuinya sebenarnya mudah. Saat sebuah tagar sedang viral atau trending, saya biasa meluangkan waktu untuk menelisik tagar tersebut. 

Jika banyak akun mencuitkan tagar tersebut dengan twit yang redaksinya sama (bahkan sampai titik komanya), kemungkinan besar akun tersebut adalah bot atau akun palsu.

Kadang saya juga mendapati twit giveaway yang memberikan kuis tertentu dengan hadiah uang elektronik (atau hadiah lainnya) dan mewajibkan semua yang menjawab mencantumkan tagar yang sedang viral tersebut. 

Padahal, pertanyaan kuis dan tagar yang wajib dicantumkan tidak nyambung sama sekali. Ini artinya ada upaya non-organik untuk menaikkan tagar tersebut

Memang ada juga tagar yang digerakkan oleh pemilik brand, terkait dengan bisnis mereka atau tagline tertentu. Pemilik brand biasanya menggunakan sumber daya mereka untuk merekrut influencer agar membantu promosi brand atau produknya melalui cuitan bertagar. 

Tapi untuk tagar komersil seperti ini tidak ada masalah, karena selain tujuannya untuk bisnis, pada umumnya warganet juga dapat membaca pergerakan tagar secara gamblang.

Jadi, di mana tempat para warganet "netral" dalam perang tagar tersebut?

Pembaca yang punya akun twitter mungkin mengetahui beberapa waktu lalu di jagat twitter terjadi polemik antara beberapa akun pro Jokowi dan Prof Gus Nadirsyah Hosen atau lebih dikenal dengan akun @na_dir. 

Polemik tersebut terjadi pasca perang tagar antara kubu hater dan lover Jokowi. Tagar-tagar yang jadi senjata antara lain #JokowiKingofPrank, #SayaPercayaJokowi dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun