Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tragedi Amplop yang Tertukar

19 April 2020   20:42 Diperbarui: 19 April 2020   20:52 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari health.kompas.com/

Rudi tidak bisa menahan tawanya, begitu juga Riska. Dia langsung menyuruhku cepat-cepat balik lagi ke kamar Romo Yosep. Sialnya, mereka tidak mau ikut ke sana karena tidak mau ikut menanggung malu. Jadi aku balik sendirian saja, setengah berlari ke arah kamar perawatan.

"Ketinggalan sesuatu?" tanya romo begitu wajahku muncul di pintu kamar.

"Iya, Mo. Ketinggalan ... amplop yang tadi."

Suasana hening sejenak. Romo Yosep, Om Ferry yang sedang membereskan meja makan, juga Kei yang sedang berkutat dengan laptop serempak memandangku dengan tatapan aneh.

Aku pun menarik napas panjang sebelum mulai menjelaskan apa yang terjadi.

Satu menit kemudian, kamar perawatan itu pecah oleh tawa mereka bertiga. Amplopnya ternyata belum dibuka, karena tadi langsung dimasukkan ke tas romo oleh Om Ferry. Aku pun membereskan tragedi amplop tertukar ini dengan menyerahkan amplop berisi uang (kali ini benar-benar berisi uang) dan mengambil kembali amplop berisi surat penagihan, lalu untuk kedua kalinya pamit dari situ.

Yah, mau tidak mau aku tengsin berat. Tapi tidak apa, yang penting amplop berisi surat penagihan masih utuh dan aman.

Suara tawa masih terdengar saat aku sampai di parkiran dan membuka pintu mobil. Rudi sudah duduk di belakang setir dan Riska di sampingya. Aku pun menjitak belakang kepala Rudi.

"Sudah, stop tertawa. Alamat yang satu lagi di jalan Ahmad Yani."

"Siap, bos," sahut Rudi lalu melanjutkan tawanya.

Riska hanya senyum-senyum. "Romo pasti bahagia sekali tadi. Betul nggak?" tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun