Kamar VIP rumah sakit itu jadi riuh oleh tawa kami berenam.
Akhirnya amplop pun diterima dengan baik dan kami beranjak dari kamar perawatan.
"Habis dari sini ke mana lagi, Paul?" tanya Rudi. Dia yang saat ini memegang kunci mobil kantor dan kebagian tugas jadi driver. Kami sekarang sedang menyusuri koridor rumah sakit menuju ke parkiran.
"Ada dua titik, sih. Satu di Kamboja satunya lagi di ...,"
"Kamboja deket sini. Kita ke sana aja dulu," sahutnya lagi.
"Jangan lama-lama ya Paul. Aku sudah harus ada di kantor jam tiga nanti," sambung Riska.
"Iya, iya. Tidak lama kok, cuman ngantar surat penagihan saja," aku langsung mengeluarkan surat penagihan untuk mengecet alamat debitur yang satu lagi.
Haaah?!
Aku tercekat. Langkahku terhenti. Kok amplop berisi uang besuk kami tadi masih ada dalam tas?
"Kenapa, Paul?" tanya Rudi. Mereka terhenti beberapa langkah di depanku.
"Kayaknya amplop duit tadi tertukar dengan amplop surat penagihan deh. Aku tidak perhatikan baik-baik. Nih, amplop duit kita masih ada di sini," aku mengangkat amplop berisi uang itu.