Pesawat ruang angkasa RI-110 yang sedang mengorbit bumi melayang senyap di sektor 12. Enam jam yang lalu radar nomor 7 mengalami masalah. Sepertinya masalahnya berat, karena Rara sang kepala teknisi pesawat yang turun tangan langsung memperbaikinya. Wanita muda Jawa-Manado ini memang satu-satunya wanita dari 14 awak yang menangani masalah engineering pesawat. Tapi justru karena kepiawaiannya-lah dia bisa terpilih memimpin 13 teknisi lelaki lainnya.
Setelah bekerja hampir dua jam, Rara akhirnya bisa membereskan masalah. Saat ini dia sedang beristirahat bersama Rudi teknisi lainnya, di dalam pesawat modul layanan, pesawat berukuran lebih kecil yang biasa digunakan untuk bekerja memperbaiki bagian luar pesawat. Masih nampak sisa-sisa kelelahan pada wajahnya.
Tapi mereka harus segera kembali ke dalam pesawat induk, karena tidak lama lagi pesawat induk akan terbang berpindah sektor.
"Berangkat sekarang, Bos?" tanya Rudi sudah berada di belakang kemudi modul.
"Tunggu sebentar, Rudi. Planet kita cantik sekali dari sudut ini."
Rara memandang bumi dengan mata bercahaya dari balik jendela modul. Planet biru itu memang benar-benar "biru" saat ini. Rara mengingat-ingat, jarang sekali rasanya dia melihat bumi nampak sejernih itu dari luar angkasa.
"Kamu punya akses ke citra satelit, Rud?" tanya Rara.
"Ya, tentu saja," sahut Rudi lalu lalu mengetuk beberapa tombol di dashboard-nya, lalu muncullah beberapa gambar dalam layar di hadapannya.
"Bagaimana hasilnya?"
"Luar biasa, Bos. Kadar karbonmonoksida level hijau, suhu permukaan lebih dingin 0,5 derajat celcius, air laut juga lebih jernih dari biasanya."
 "Bumi benar-benar sedang memulihkan diri...," sambung Rara.