Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini yang Membuat Opsi Lockdown Susah Diterapkan di Indonesia

16 Maret 2020   21:07 Diperbarui: 16 Maret 2020   21:15 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://edition.cnn.com

Jumlah orang yang positif mengidap virus corona terus bertambah. Bahkan dua hari lalu diberitakan kalau Menhub, Budi Karya Sumadi juga sudah positif terinfeksi virus Corona. Nah, jika pada level ring 1 istana saja virus Corona bisa "unjuk gigi", bagamana dengan penyebaran di tingkat masyarakat jelata?

Dari sejumlah opsi penanganan penyebaran virus corona beberapa waktu ini kita dengar istilah lockdown.

Secara harfiah lockdown berarti mengisolasi tahanan pada sel lebih lama daripada waktu yang semestinya. Tujuannya untuk pengamanan tambahan karena yang bersangkutan telah melakukan percobaan melarikan diri, misalnya, atau sedang ada huru-hara, dan lain-lain.

Dikaitkan dengan penanganan wabah penyakit, istilah lockdown berarti mengisolasi suatu teritori atau wilayah tertentu dengan membatasi akses keluar dan masuk untuk menekan peluang penyakit menular ke tempat lain.

Selain membatasi akses keluar masuk, sejumlah aktivitas publik juga dibekukan untuk menekan interaksi antar manusia yang dapat meningkatkan peluang penyebaran penyakit.

Wuhan sebagai pusat episentrum Corona pernah di-lockdown, menyusul beberapa kota lain di Propinsi Hubei seperti Huanggang dan Ezhou kemudian pada akhirnya seluruh propinsi Hubei di-lockdown seiring meningkatnya intenstas penyebaran virus Corona.

Manila juga menerapkan lockdown selama dua pekan. Italia bahkan menerapkan lockdown secara nasional. Notabene, Italia merupakan negara di Eropa yang terdampak pandemi paling parah.

Dengan lockdown ini, seluruh akses transportasi dibekukan. Sekolah, perkantoran dan aktivitas publik dihentikan. Akibatnya, aktivitas ekonomi akan slowdown. Dan jika ini yang terjadi, imbasnya lebih besar lagi ke seluruh sendi-sendi kehidupan.

Ini yang menjadi salah satu penyebab Jokowi tidak segera mengekseskusi opsi lockdown untuk menekan penyebaran virus Corona. Tapi di luar isu ekonomi, ada juga faktor sosial budaya yang membuat opsi lockdown akan sulit diterapkan di tanah air. Ini antara lain penyebabnya:

Reaksi Berlebihan. Ini salah satu karakter khas masyarakat kita, baik masyarakat di dunia nyata maupun warganet. Masyarakat seringkali menyikapi sebuah isu secara berlebihan. Begitu sebuah isu muncul ke permukaan, dibahas habis-habisan, di-blow up di mana-mana, setelah itu  senyap atau sepi lagi.

Sebagai contoh, beberapa waktu lalu banyak orang yang ramai-ramai memborong barang-barang kebutuhan pokok. Kemudian, stok masker dan hand sanitizer jadi sulit ditemukan di pasaran. Padahal pemerintah belum mengeluarkan statement macam-macam. Jangan-jangan, jika diterapkan lockdown malah bisa bikin kekacauan baru.

Suka Kumpul-kumpul. Masih ingat anekdot mangan ora mangan sing penting ngumpul. Nah, ini salah satu kebiasaan masyarakat yang sukar dihilangkan. Bangsa kita sejak dahulu sudah terkenal dengan kebiasaan gotong royong. Selalu ada alasan untuk ngumpul bersama.

Saat lockdown dilakukan, banyak fasilitas publik yang ditutup untuk membuat masyarakat berdiam diri di rumah masing-masing. Tapi alih-alih diam di rumah, hal ini malah bisa dianggap "liburan" sehingga bisa jadi momentum silaturahmi, pulang kampung dan lain-lain. Jadi tujuan lockdown untuk menekan penyebaran virus jadi tidak tercapai.

Jadi, perlu dipikirkan baik-baik imbas sosial dari opsi lockdown itu jika diterapkan. Jadi sambil  melakukan tracing terhadap aktivitas orang-orang yang sudah positif Corona, pemerintah harus terus melakukan edukasi secara masif kepada masyarakat tentang kiat-kiat menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan untuk meminimalkan penyebaran virus Corona. (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun