"Syukurlah antidotnya bekerja ... Aluna, kita harus segera pergi dari sini!" tuturnya terburu-buru.
"Ada apa, Mas? Kita baru bertemu, mengapa ... mengapa?"
Bahkan tidak ada waktu untuk melepas rindu yang baru kusadari begitu membuncah dalam dada. Tetapi aku tiba-tiba merasa mual ketika memandang kamar dan seprei yang acak-acakan, tempatku bergulat dengan ... Rafael berengsek! Di mana dia sekarang?
Hah? Apa Mas Bayu tahu kalau ...
"Ayolah, Aluna, tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Kita akan melepas rindu setelah berada jauh dari tempat ini."
Aku pun mengangguk mantap.
Tidak sampai lima menit kemudian, kami sudah berjalan beriringan seperti dikejar kematian, menyusuri koridor remang-remang. Beberapa pasang mata dari balik pintu-pintu kamar menatap sinis tapi aku sudah tidak pernah peduli lagi pada pandangan seperti itu.
Apakah setelah menemukan kembali kekasihku yang lama hilang,Â
aku
kupu-kupu bersayap jingga keemasan akan mengakhiri kisah lara ini? tanyaku dalam hati.
Dalam genggaman Mas Bayu kini aku pasrahkan kehidupanku.