Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malam dan Hujan

1 Agustus 2017   18:15 Diperbarui: 2 Agustus 2017   06:51 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam dan hujan adalah perpaduan yang manis, seperti lattedan jazzatau aku dan kamu. Apalagi hujan yang masih betah mengguyur kota membuat jalanan jadi seperti cermin panjang, memantulkan warna-warni lampu billboarddi pertokoan seberang. 

Di dalam caf yang hangat, kamu masih menggelayut manja.  Di depan grand piano, cowok tambun dengan jas kekecilan sedang melantunkan lagu Get Your Kick on Route 66dengan suara merdunya. Tetapi kamu terus merayuku untuk menyanyikan satu dua lagu.

"Malulah, Beb. Suara cowok itu lebih juara. Dinikmati saja," sahutku.

"Ah, kamu selalu merendah. Ayolah, Rik.... Kamu kan besok terbang ke Denpasar lagi. Hibur aku dong malam ini."

Aku tersenyum sambil mengelus rambutmu yang menebar aroma jasmine. 

"Di saja cuman dua hari kok. Kamu ini kayak mau ditinggal dua tahun saja."

Kamu tertawa kecil, lalu menghabiskan sisa latte coffee dalam cangkir sekali teguk. "Eh, kalau begitu temani aku cari kado, yuk. Besok Alfrida ultah. Aku hampir saja lupa tadi."

"Alfrida?" aku mengernyitkan kening.

"Temen arisan aku."

"Oh, baiklah. Aku selesaikan bill-nya dulu ya," sahutku.

Lima menit kemudian kita sudah menjejak areal parkiran caf. Kamu tiba-tiba menghentikan langkah sambil memperhatikan salah satu aplikasi perpesanan pada layar handphone-mu lekat-lekat.

"Siapa?" tanyaku.

"Suami aku, Mas. Malam ini dia sudah nyampeJakarta!"

Aku terkejut.

"Sebentar ya, Mas, aku balas WA-nya dulu. Dia nanya aku lagi dimana... Balas bagaimana, ya?" 

Aku berpikir cepat. "Ya, bilang saja kamu lagi keluar sama teman, mau nyari kado."

Kamu mengangguk, lalu kedua ibu jarimu menari lincah di atas layar handphone. Sementara itu, handphone-ku berbunyi nyaring. Dengan sigap aku mengambilnya dari saku jas dan... kembali terkejut.

"Eh, dia nelpon nih!" Aku meletakkan telunjuk di depan bibir sebagai isyarat diam, lalu menjawab panggilan itu.

"Selamat malam, pak,"

"Malam, Erik. Sorryganggu ya," terdengar suara berat si penelepon.

"Enggak kok, Pak. Bagaimana, Pak?"

"Meeting-nya selesai lebih cepat, jadi malam ini saya sudah balik ke Jakarta. Kamu jadi besok ke Denpasar?"

"Iya, pak. Penerbangan siang."

"Oh gitu. Bisa nggak sebelum pergi, kamu aturkan jadwal agar saya bisa ketemu pak Suprapto, yang dari Adicipta Steel. Kalau bisa besok lebih baik lagi, mumpung saya lagi kosong."

"Oh baik, Pak. Sebentar saya coba contactpak Suprapto."

"Oke, Erik. Jangan lupa info ya."

"Baik, Pak." 

Percakapan terhenti. Kamu menatap penasaran.

"Gak apa-apa, Beb. Urusan kerjaan. Ayo buruan kalau gitu..."

"Iya, Mas. Dia tadi balas jangan terlalu malam pulangnya."

Lima menit kemudian, kita sudah bergabung dalam arus lalu lintas kota yang ramai lancar. Di luar sana, hujan masih menari berlatar langit malam. Di belakang dashboard,aku memelintir setir dalam kebisuan. Kamu juga. Kita membiarkan pikiran masing-masing menguasai diri kita. Ah, seandainya malam ini bisa lebih romantis lagi.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun