Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bocah di Bawah Payung

9 Maret 2017   16:56 Diperbarui: 10 Maret 2017   02:00 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa terasa bocah itu semakin jauh meninggalkan tempatnya semula. Tapi semangat dan sakunya yang membengkak karena lembaran-lembaran rupiah jauh mengalahkan kekhawatirannya.

Akhirnya sampailah payung jingga itu ke daerah pinggiran kota yang sepi dan suram. Hujan tidak menari selincah tadi, tapi gerimis yang berjatuhan tetap saja mengiris kulit.

Suara serak seorang wanita menghampiri gendang telinganya. Suara itu berasal dari sebuah kedai kopi yang terasnya dihiasi beberapa lampion merah menyala. Di sekitar situ ada beberapa wanita berpakaian minim, memamerkan lekuk-lekuk yang menantang geliat petualangan lelaki dewasa. Namun tidak untuk bocah itu.

Dia pun mendekat tanpa firasat.

Pada saat menjajari beberapa sepeda motor yang parkir di depan teras kedai, dia terkejut karena wanita sahabat wanita yang tadi memanggilnya ternyata mengenalnya.

“Rudi…!!??”

 Wanita itu terkejut karena mengenalnya dengan baik. Bocah bernama Rudi rupanya juga mengenal wanita itu dengan baik,

“Ibu...!!??”

Keheningan segera menyusup di antara bulir hujan di tempat itu.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun