Orang menyerobot antrian tanpa malu-malu lagi, karena pemikiran yang dangkal: antrian hanya urut-urutan saja. Jadi tidak apa kalau ibu-ibu melabrak antrian, karena kalau kelamaan menunggu kasihan anak-anak, belum ada yang masak. Padahal lebih dari siapa cepat siapa dapat, antrian adalah bentuk penghargaan kita kepada waktu, salah satu sumber daya yang masih kita miliki. Orang yang paling banyak mengorbankan waktunya selayaknyalah diberi tempat paling depan di banding yang lain. Antrian adalah wujud toleransi. Karena untuk kesempatan yang sama ada orang yang yang memberikan pengorbanan lebih besar.
Itu baru hal yang terkait budaya dalam masyarakat. Kita belum bicara peraturan yang lebih mengikat yang memang “hadir” karena sesuatu yang penting.
Peraturan memakai helm saat berkendara motor sebenarnya untuk menjaga si pengendara sendiri. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, organ vitalnya (kepala) dapat dijaga dengan adanya helm. Tapi orang yang mindset-nya dangkal hanya berpikir pada sanksi-nya saja. Jadi, memakai helm pun hanya dilakoni kalau ada Polisi di jalan. Tidak ada Polisi, tidak usah pakai helm.
Jadi menyelamatkan Rp40.000 itu adalah mindset reward and punishment. Tidak salah, tapi akan lebih baik jika berpikir untuk meningkatkan kedisiplinan dan tidak terlambat lagi. Begitu juga dengan budaya antri atau peraturan-peraturan lain di sekitar kita. (PG)
----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H