Tora menyalakan lampu dapur lalu menuju ke depan dispenser dan mengisi mugnya sampai penuh. Sekali teguk, setengah isi mug berpindah ke tenggorokannya.
Tora terkejut. Air tersebut terasa kecut dan mengental, membuat lidahnya terasa lengket. Tora pun mengeluarkan bibir mug dari mulutnya.
Dia berseru tertahan. Mug tersebut berisi cairan merah pekat seperti darah. Aroma amis pun menyeruak di penciumannya. Refleks, Tora melemparkan pandangan ke arah galon air.
Seketika itu Tora mendelik. Di balik dinding galon dia melihat potongan kepala, lengan, jari-jari, bola mata yang mungil, tertumpuk dalam genangan darah kental. Pemandangan mengerikan itu membuat Tora berteriak sejadi-jadinya. Mugnya terjatuh dan menimbulkan suara gaduh di ujung subuh itu.
Tora hendak ambil langkah seribu tapi saat mengerjab dan sekali lagi memandangi galon, keanehan kembali terjadi. Isi galon tersebut adalah air mineral. Bening. Air yang ditumpahkannya dari mug juga seperti itu. Tidak ada bercak darah sedikit pun yang tertinggal.
Tora mengerjabkan matanya sekali lagi untuk memastikan dia tidak salah lihat. Semua memang nampak normal.
---
Sesampainya di kamar tidur, Tora buru-buru menyalakan HP-nya dan menelpon seseorang di luar sana.
“Nad…,” Tora memanggil dengan napas tersengal-sengal begitu penerima panggilan menjawab teleponnya.
Suara wanita menjawab,
“Ada apa, Tora?” terdengar nada khawatir dari suaranya.