Mulai dari menghembuskan polemik ke media, mengumpulkan kawan-kawan seperjuangan, mencari tahu apa-apa saja kelemahan Ahok sampai mengorganisir massa yang kontra dengan kepemimpinan Ahok. Pendeka kata, AD cukup getol mempelajari jurus-jurus yang bisa digunakan untuk menjatuhkan Ahok.
Sepertinya seluruh energi dan pemikiran AD dikerahkan kepada Ahok terus menerus untuk mencari senjata-senjata baru guna menjegal jalan Ahok menuju kursi DKI 01 pada Pilgub nanti. Saya benar-benar salut kepada AD karena ini bukan pekerjaan mudah. Butuh keseriusan, tekad, komitmen dan konsentrasi yang prima.
Yang harus menjadi catatan adalah apa sebenarnya yang menjadi motivasi dasar di balik itu semua?
Kalau untuk kemaslahatan masyarakat, artinya perjuangan AD itu luhur dan pasti akan diberikan jalan oleh Yang Maha Kuasa. Tapi kalau segala perjuangan itu hanya sekedar menyalurkan rasa “benci” dan dilandasi prinsip yang penting bukan Ahok, rasanya terlalu mahal biaya dan sumber daya yang harus dikorbankan.
Lagipula kembali kepada point tulisan di atas, benci itu beda-beda tipis dengan cinta.
Hanya tidak tahu ya, kalau jenis benci-nya seperti ini kira-kira bisa tidak suatu saat berubah jadi cinta? Bisa tidak, bisa iya. Kalau tidaksih tidak masalah, artinya konsistensi AD harus diacungi jempol. Nah, yang bahaya kalau iya.
Sekedar intermeso, pembaca sekalian. Salam malam Minggu. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H