Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi Latte dan Pria Berwajah Embun

16 Agustus 2016   16:22 Diperbarui: 16 Agustus 2016   16:42 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: www.pinterest.com

Aku sedang berjaga di kamar rumah sakit. Seorang wanita setengah baya terbaring di situ. Masih tersisa kecantikan masa muda di sudut-sudut wajahnya. Sekalipun saat ini dia sedang tertidur selelap bayi, aku tahu dia sudah berbulan-bulan menahan sakit yang menggerogoti lambung dan mimpi-mimpinya.

Sementara itu dari balik kaca jendela nampak hujan November sedang mengguyur kota. Aku pun menyibak tirai dan menyingkap kaca itu untuk membiarkan aroma petriochor mengisi rongga penciumanku.

 Begitu kaca jendela terbuka lebih lebar, aku baru menyadari yang berjatuhan dari awan-awan bukan hujan melainkan kuntum melati dan mawar.

Balkon kamar pun penuh dengan tumpukan kuntum putih dan merah. Aku berharap wangi kedua bunga favoritku itu segera menyusul memenuhi penciumanku, tetapi aku salah. Bukan aroma melati atau mawar yang tercium, tetapi aroma kopi latte.

Aneh.

Tapi aku benar-benar menikmati setiap sensasi keanehan ini, sampai seorang pria berwajah seperti embun berdiri di sisi balkon dan menatap mataku.

Ada godaan untuk menanyakan siapa nama pria itu. Tapi melihat keteduhan yang terpancar dari wajahnya, sepertinya segala pertanyaan sirna seketika.

Malah dia yang bertanya kepadaku.

“Kamu masih betah di sini, Alexandra?”

Dia juga tahu namaku. Aku mengangguk. Lalu menggeleng.

“Aku rindu kopi latte. Aku rindu rumah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun