Zeta lalu mengembalikan posisi tempat tidurnya dan memasukkan buku itu ke dalam tas yang sudah tersampir di punggungnya. Dia kembali mengambil pulpen  dan menuliskan kata-kata di atas kertas,
Aku akan membawakannya untukmu.
 Zeta memejamkan mata kuat-kuat. Lalu… tiba-tiba menghilang tak berbekas dari kamar itu.
---
Dia muncul kembali ke tempat yang lain, puluhan ribu kilo meter jauhnya. Burung-burung yang sedang bercengkerama di tepi sungai sampai terbang berlarian karena terkejut dengan kehadiran Zeta yang tiba-tiba.
Dengan kaki telanjang dia menyusuri rumput berwarna biru langit. Di sisi kirinya sungai berwarna merah tembaga mengalir malu-malu. Â Dia berhenti di depan gua yang berhadapan dengan tepi sungai.
Kakinya kemudian diarahkan masuk ke dalam gua itu. Suhu udara menurun drastis sehingga dia merapatkan kemejanya. Stalaktit-stalaktit yang meneteskan embun terdengar seperti harmoni ketukan yang bergema di sepanjang gua.
Setelah berjalan 13 menit, Â Zeta sampai pada ujung gua yang lebih mirip sebuah kamar tidur nyaman tanpa jendela. Dua buah lilin bernyala di bagian kepala dan kaki ranjang, membuat ruangan itu terasa lebih hangat. Ada lemari kecil yang terbuka di sudut ruangan. Hanya saja lemari itu nampak kosong melompong.
 Zeta tertegun. Dia kehilangan jejak lagi kali ini.
Dia memejamkan mata dengan kuat lalu lenyap tanpa bekas.
---