Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Musim, Cinta, dan Kewarasan

4 Juli 2016   15:18 Diperbarui: 4 Juli 2016   15:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: samsonlinejournal.com

---

Cinta memang bukan untuk orang yang waras, bukan?

sahutmu saat aku mempertanyakan kewarasanku.

Lalu dari antara bintang yang belum berkerlip

kamu memetik setangkai awan

serupa gulali dan memberikannya kepada musim panas

yang pernah jadi pemisah di antara kita.

Lalu jika cinta adalah sebuah kegilaan, mengapa semua orang begitu waras?

apakah bumi ini hampir kehilangan cinta?

Kamu tidak menjawab kali ini.

Tapi kepadaku kamu bertanya kembali

Katakan berapa banyak cinta yang dibutuhkan untuk menopang bumi ini

agar tetap berotasi pada sumbunya, dan tetap berputar pada orbitnya?   

Katakan!

Lalu dari bintang yang mulai berkerlip kamu mengambil sebuah nama

nama dari masa depan

dan memberikannya kepada musim hujan

yang mengisi relung-relung kosong peninggalan musim panas.

Cinta seperti sungai yang disiangi musim panas

lalu menjelma jadi gulali dalam rupa setangkai awan

dan dijatuhkan kembali ke sungai oleh musim hujan.

Cinta akan terus mencari jalannya, membuat bumi kita tetap berputar.

Orang-orang bukan semakin waras,

mereka hanya merasa waras

dalam kegilaan mereka.

Aku pun tersadar dari mimpi panjang dan dalam

memandangi wajahmu yang terlelap manis di ujung subuh

juga wajahnya, wajah yang namanya kamu petik dari bintang-bintang itu.

Sementara itu di luar sana hujan bernyanyi malu-malu.

Cinta memang bukan untuk orang waras, bukan?

----

Makassar, Juli 2016

H minus dua hari raya Idul Fitri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun