Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Kerajaan Ruby
---
“Jadi menurut kalian apa yang sedang terjadi?” Mirina mempersilahkan kedua tamunya duduk di sekitar meja berhias perabotan-perabotan perak.
Kini mereka berada di ruang tamu kerajaan Ruby, terletak di lantai dua bangunan utama istana. Ruangan itu memiliki balkon yang lebar. Sebagian besar pintu lipat yang menghadap ke balkon dibiarkan terbuka, hanya saja karena diluar cuaca cukup gelap, beberapa lilin dinyalakan untuk menerangi ruangan.
“Seorang… atau lebih, penyihir hebat dan pasti berniat jahat ingin menunjukkan eksistensinya di Gopalagos,” sahut Orion sambil mengibaskan ujung jubah putihnya.
“Sayangnya penyihir itu pandai berkamuflase, kami telah mencoba berbagai cara, bola kristal, cermin antar waktu, mengerahkan mata-mata sampai meminta bantuan kepada para penyihir tua untuk mendeteksi keberadaan penyihir itu,” sambung Enror. “Hasilnya nihil…”
Pembicaraan terjeda sejenak saat pelayan masuk ke ruangan dan menuangkan lekha panas, minuman khas daerah utara. Sejenis kopi dengan rasa yang kuat.
Setelah pelayan undur diri Mirina kembali bersuara,
“Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kalian?”
Orion memberi isyarat kepada Enror. Tapi sepertinya Enror pun belum bisa mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab Mirina.
“Entahlah, Ratu. Kami sengaja berkunjung karena merasa ada ancaman yang lebih besar di balik peristiwa ini. Kita bertiga sebagai pemimpin kaum sihir harus memiliki pandangan dan sikap yang sama.”