Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Akhir Kerajaan Basalto

18 Juni 2016   18:52 Diperbarui: 18 Juni 2016   18:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emerald mengangguk membenarkan.

"Kamu sendiri? Ur? Apa kalian baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja. Beruntunglah kami masih sempat mencapai sungai Kharrum. Air adalah media penyembuh paling ampuh. Jadi aku tadi memulihkan keadaan kami berdua di tepi sungai," sahut Emerald.

“Tidak adakah sesuatu yang dapat kamu lakukan untuk memulihkan Basaman saat ini?”

Emerald tidak langsung menjawab. Dia hanya mengeluarkan sesuatu dari saku jubahnya. Seperti beberapa kuntum bunga yang telag mengering, berwarna merah dengan ujung kuning kemasan. Kuntum-kuntum bunga itu diletakkan berjejer di atas tubuh Ametys.

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Aku tadi sudah memperkirakan keadaan ini akan terjadi, sehingga aku membawa perlengkapan untuk mantra pengobatan kuntum mahadewa.”

Ruby pun mengangguk. Dia mengetahui kalau mantra itu adalah salah satu mantra penyembuhan tertinggi yang pernah dimiliki kaum sihir dan rupanya ilmu tersebut diturunkan oleh mendiang Guru Shandong kepada Emerald. Dia juga baru sekali ini melihatnya dengan mata kepala sendiri.

“Mungkin sebaiknya sekarang kamu segera pergi ke ruang bawah tanah padepokan untuk mengamankan emas hitam. Tadi semestinya masih tergeletak begitu saja di ruang penyimpanan paling bawah. Perisai-perisai sihirnya belum sempat terpasang kembali. Aku takut ada yang membawanya kembali.”

Ruby membenarkan. Dia pun bergegas pergi dari tempat itu.

********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun