Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Pertempuran (2)
-----
“Jadi tidak ada lagi gunanya bicara berlama-lama,” gumamnya lalu sekali sentak, melesatlah gelombang sihir seperti petir berwarna biru terang dari ujung tongkatnya ke arah Emerald.
Tapi Emerald sudah siap dengan serangan itu. Di saat yang hampir bersamaan dia juga meluncurkan gelombang sihir ke arah Basalto dalam rupa petir berwarna hijau benderang. Gelombang energi kedua penyihir bertubrukan di udara, berdebum keras dan menggetarkan ruangan itu.
Keduanya tetap mempertahankan gelombang sihir masing-masing. Tapi sepertinya energi Basalto memang jauh lebih besar. Semakin lama Emerald semakin kewalahan mempertahankan posisinya, sehingga ujung gelombang sihir Basalto semakin mendekat ke arahnya.
Di saat-saat terakhir, saat Emerald hampir tak bisa sama sekali mempertahankan posisinya, dia menghempaskan seluruh tenaganya untuk membelokkan serangan sihir Basalto. Serangan itu pun melewatinya dan menghajar salah satu pilar ruangan itu.
Ruangan bergetar. Hantaman sihir itu membuat pilar ruangan retak hebat. Beberapa bongkah batu berjatuhan ke lantai.
Emerald bergidik ngeri menatap peristiwa itu. Tapi dia tetap waspada sehingga masih bisa mengantisipasi Basalto yang bersiap-siap melarikan diri dari tempat itu. Dua larik cahaya hijau panas meluncur dari ujung jemarinya. Sihir itu mengincar kaki-kaki Basalto sehingga Basalto terpaksa mundur beberapa langkah.
Saat itu dia memegang karung berisi emas hitam di tangan kirinya. Sementara itu tangan kanannya memegang tongkat sihir. Dengan keadaan itu Basalto tidak bisa mengeluarkan serangan-serangan sihir dengan energi maksimal. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan Emerald dengan kembali meluncurkan serangan sihir ke arah Basalto sembari berteriak nyaring.
Basalto terpaksa menangkis serangan Emerald untuk mempertahankan diri. Seperti tadi, gelombang sihir dari tongkat Emerald muncul dalam rupa aliran petir berwarna hijau terang beradu dengan sihir Basalto yang berwarna biru.
“Kamu tidak bosan mencoba, ya?” ucap Basalto dengan nada mengejek.