Sementara itu, para prajurit menunggu pergerakan sasaran mereka. Mereka telah mempersiapkan serangan berikutnya.
“Aku punya ide,” Emerald baru saja menemukan sebuah pemikiran. “Bagaimana kalau aku yang akan pergi menyusul Thores. Kalian buat para prajurit sibuk, lalu aku akan menyelinap diam-diam.”
Ruby menggeleng.
“Biar aku saja, Kesha. Thores terlalu berbahaya saat ini,” sergahnya.
“Tidak. Kalian berdua di sini. Biar aku yang kesana,” sambung Ametys.
Emerald menggeleng.
“Tentu aku tidak akan menang melawan Thores sendirian. Tetapi kalian berdua lebih punya peluang memenangkan pertempuran di sini. Setelah itu susul aku secepatnya. Aku hanya akan memperlambat pergerakan Thores.”
Ametys dan Ruby pun mengangguk paham.
“Baik, kalau begitu…” Ametys menghentakkan tongkat sihirnya ke tanah dengan mantap. “…kalian berdua lindungi aku. Aku yang akan mulai memberi mereka pelajaran.”
Setelah itu Ametys membaca lamat-lamat barisan mantra. Seiring lantuntan mantra, tongkat sihirnya diangkat tinggi-tinggi ke angkasa.
Melihat gelagat itu, para prajurit tidak menunggu lama. Mereka kembali mengirim serangan sihir berikutnya. Puluhan cahaya biru terang kembali melesat.