Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Basalto Terakhir] Rahasia Terkelam Basalto

4 Juni 2016   16:06 Diperbarui: 4 Juni 2016   16:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Sisi Lain Basalto

--------

Mendengar hardikan Ruby, Basalto terkejut setengah mati. Ruby berhasil menembus pertahanan pikirannya. Tinggal masalah waktu saja sebelum dia membeberkan segala sesuatunya.

Basalto pun mengebaskan tangan kirinya dan tiba-tiba ruangan itu dipenuhi kabut tebal berwarna biru kehitaman. Asap itu membuat seluruh ruangan hampir gelap gulita. Dengan cepat Basalto membaca barisan mantra lainnya, sehingga dari tongkat sihirnya melesat cahaya berwarna biru yang menyambar semua perkamen dan kitab sihir dari atas meja. Begitu cahaya itu meredup, seluruh perkamen dan kitab sihir juga sirna.

Penyihir yang lainnya secara spontan membentuk menyelimuti diri mereka dengan energi sihir.

“Ini asap pengecoh, Kawan-kawan. Tidak berbahaya,” seru Ametys.

Basalto menggunakan kesempatan itu untuk segera melarikan diri dalam senyap. Sehingga pada saat kabut tebal memudar, ketiga penyihir kembali terkejut. Bukan saja karena Basalto telah hilang, tetapi juga perkamen serta kitab-kitab sihir pemicu masalah itu.

“Wah, Kawan-kawan. Thores membawa pergi semua mainan-mainannya,” ucap Ametys.

“Apa yang kamu lihat dalam pikiran Thores? Apa yang terjadi?” desak Emerald kepada Ruby.

Ruby berusaha menahan emosinya agar mampu mengendalikan kata-katanya.

“Tidak terlalu jelas sebenarnya, karena Thores mengunci pikirannya rapat-rapat. Tapi di saat-saat terakhir, aku melihat guru… guru sedang sekarat. Entah apa hubungannya, tetapi Thores memandang guru dengan dengan tatapan benci. Aku juga melihat racun yang dituangkan dalam ramuan guru dan guru yang benar-benar kesakitan. Ah, sedih dan marah rasanya. Sekaligus marah. Sejak dulu aku memang curiga, dia ada hubungannya dengan kematian guru. “

Ametys dan Emerald menatap tak percaya.

“…juga sepertinya aku melihat kitab kuno disitu. Kitab dengan sampul bergambar xxxx. Jangan-jangan dia juga ada kaitannya dengan kitab sihirmu yang hilang, Kesha.”

Emerald geram.

“…jika benar, semuanya jadi berhubungan sekarang. Tongkat sihir perak, penyihir berilmu tinggi yang mengenali seluk beluk istanaku…”

“Apapun yang terjadi kurasa sekarang kita sebaiknya menyusul Thores untuk memintanya menceritakan kebenarannya,” sambung Ametys.

“Benar. Apalagi dia sudah membawa pergi semua benda-benda itu.”

“Tanpa portal sihir dia tidak bisa memindahkannya jauh-jauh. Tapi kita mulai mencari darimana?”

Ruby memandang arah padepokan dari balik jendela.

“Satu-satunya tempat yang aman untuk menyembunyikan perkamen dan kitab sihir hitam itu adalah di padepokan. Banyak tempat penyimpanan rahasia di sana.”

“Jadi, tunggu apa lagi kawan-kawan. Ayo segera kesana.”

Ketiga penyihir itu pun kelua dari ruang kerja Basalto. Mereka lalu keluar dari istana, tetapi bukan dari pintu utama, melainkan dari salah satu pintu kecil yang menghubungkan istana dengan halaman samping padepokan.

Mereka melangkah terburu-buru. Tetapi saat sampai di halaman, langkah mereka terhenti. Di hadapan mereka, di tengah-tengah halaman itu terbentang barisan prajurit kerajaan Basalto dengan senjata tongkat sihir di tangan masing-masing. Sepertinya mereka menggunakan posisi siap tempur. Mata-mata  mereka terlihat sangat awas, seolah-olah tiga penyihir di depan mereka ini adalah buronan berbahaya yang harus dilumpuhkan segera.

Seketika itu udara di antara mereka pun serasa dipenuhi hawa mencekam.

Di tengah-tengah barisan prajurit itu, Basalto berdiri dengan mantap. Sekalipun ekspresinya terlihat tenang, Ruby tahu pikirannya sedang bergejolak hebat.

“Sialan, Thores!” geram Emerald.

“Kita selesaikan masalah ini dengan mudah, Kawan. Aku tidak pernah mengusik kepentingan kalian di kerajaan masing-masing, jadi marilah kita hidup tanpa saling menggangu satu sama lain. Jika kalian pergi baik-baik dari tempat ini, aku anggap masalah hari ini selesai. Bagaimana?” seru Basalto.

----------

(bersambung)



Pertama kali ditayangkan di blog planet-fiksi.blogspot.com dalam rangka event

#Tantangan100HariMenulisNovelFC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun