Ruby mendekati Basalto.
“Kata-kata Kesha benar. Sihir hitam ini tidak ada gunanya untuk ditelisik, Kawan. Sebaiknya kita singkirkan saja. Jika masih ada di sini, mendiang Guru juga pasti akan berpikir demikian.”
Basalto merasa kepalanya memanas, mungkin karena terus bersitegang dengan ketiga kawannya itu.
“Kalau begitu, Guru memiliki paling tidak tiga kesalahan. Membiarkan emas hitam ini terkubur di tanah milik keluarganya, lalu memberikannya kepada kerajaan Amenthop dan terakhir, menyimpan peta lokasi emas hitam itu,” ucapnya.
“Kami akan memberitahumu sebuah rahasia kecil…” Emerald buka suara kembali. Suaranya terdengar begitu tenang. “…tentang bagaimana pandangan guru tentangmu, Thores. Setahun yang lalu, dia datang kepadaku, kepada Basaman dan Huria lalu mengatakan sesuatu.”
Ametys menatap Emerald. Perintah untuk tidak melanjutkan ucapan itu tersirat dari tatapannya, tetapi Emerald terlihat tetap ingin melanjutkan ucapannya. Basalto juga terlihat penasaran.
“Guru berpesan agar jika terjadi apa-apa kami harus terus mengawasimu. Guru takut suatu saat keahlian dan obsesimu bisa jadi pemicu pergolakan di antara kaum sihir. Dan sepertinya ketakutan Guru semakin menjadi kenyataan di sini, hari ini…”
Basalto menunduk. Dia terlihat berusaha menahan emosinya. Tetapi dia merasa kepalanya juga semakin panas. Dia lalu terkejut karena merasa tiba-tiba sebuah kekuatan berhasil menembus pikirannya. Dia pun menatap Ruby.
“Apa yang kamu lakukan?” serunya.
“Maaf, Thores. Aku harus berusaha sebisa mungkin menembus pikiranmu.” Ruby kini terlihat sama marahnya dengan Basalto.
“Katakan!” serunya. “Apa yang kamu perbuat terhadap Guru!”