Orion tersenyum lagi.
“Aku tidak akan kesana dengan menunggang kuda, Panglima. Aku harus segera sampai petang ini, jadi aku akan menunggang Herra.”
“Herra…?”
“Ya, dia naga peliharaanku.”
“Naga…?”
Orion tidak langsung menjawab. Dia beranjak mendekati tembok pembatas dan bersiul panjang dari situ.
Tak lama kemudian, terdengar kepakan sayap raksasa dan deru udara dari arah bawah. Lalu seekor naga betina berwarna hitam pekat mendarat mulus di tengah-tengah menara. Debu-debu berterbangan dari bawah pijakan kakinya.
Panglima Thar menatap tak percaya.
“Aku sudah lama sekali tidak melihat hewan raksasa ini. Sebagian orang malah berpikir mereka ini sudah punah, Tuan.”
“Kami para penyihir membiarkan manusia non-sihir harus tetap berpikir seperti itu agar tak ada lagi yang mengusik kehidupan mereka. faktanya, mereka tinggal di pulau-pulau kecil jauh dari pantai-pantai Gopalagos. Sebagian kecil dari mereka berhasil dijinakkan dan menjadi kawan-kawan kami.”
Orion mendekat dan mengelus-elus leher Herra. Herra pun meraung pelan, seperti menyetujui perkataan tuannya, Orion.