Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Penyihir Emerald Terakhir

12 Maret 2016   21:54 Diperbarui: 12 Maret 2016   22:30 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kalau begitu, apa yang terjadi dengan prajuritmu? Mengapa mereka kehilangan imun-sihirnya?”

Panglima Thar terkekeh.

“Mereka tidak kehilangan kemampuannya, bodoh. Hanya kemampuan sihirku jauh lebih kuat. Itulah yang terjadi pada kalian, terlalu sibuk dengan pengobatan, peri kemanusiaan dan hal-hal bodoh lainnya sampai tidak menyadari kalau ilmu sihir telah jauh berkembang lebih dari yang pernah kalian bayangkan. Kaum Sagit boleh berevolusi. Tapi jika diletakkan pada tempat yang semestinya, sekali lagi sihir menunjukkan kekuatannya.”

 “Dan apakah mereka tidak menyadari, di saat mereka memerangi penyihir yang tersisa, ternyata pemimpin mereka sendiri adalah penyihir yang paling berbahaya?”

 “Mereka tidak menyadarinya, Orion. Tidak, mereka terlalu lemah untuk menyadarinya. Aku menguasai mereka.”

Orion meneriakkan barisan kata-kata magis, lalu tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi api yang cahayanya menyilaukan mata. Suhu ruangan jadi begitu panas menyengat. Saat cahaya menghilang, nampak bebatuan yang berserakan di lantai menghitam hangus. Tubuh prajurit-prajurit Sagit di sekitar Thar mengeluarkan asap putih tipis. Tapi mereka nampak tidak terluka sedikit pun. Thar sendiri membuat tameng sihir untuk melindungi dirinya.

“Masih mau melawan rupanya. Mereka tetap prajurit Sagit bagimu, Orion. Baiklah… cukup sudah basa-basinya.”

Panglima Thar mengangkat tangan untuk mencabut sihir atas prajurit-prajuritnya. Belasan anak panah pun melesat cepat ke arah Orion. Dia belum siap sepenuhnya dengan serangan tersebut, sehingga hanya bisa meluncurkan mantra pertahanan yang tidak begitu kuat. Saat anak panah yang lain terhempas, sebuah anak panah berhasil bersarang di bahu kirinya.

Orion meringis, lalu menyadari anak panah tersebut mengandung racun. Dia bisa merasakan, racun yang mematikan tersebut bergerak cepat menuju ke sel-sel otaknya.

Sekali kebas, dia membuat ruangan penuh dengan asap hitam, untuk memudahkannya melarikan diri.

Dia memilih melewati jalan rahasia yang pintunya berukuran seperti jendela, persis tersembunyi di belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun