Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kodok Sakti

29 Februari 2016   23:11 Diperbarui: 29 Februari 2016   23:33 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: hubpages.com"][/caption]Di ujung teras, aku sedang menggauli bab dua novel Orhan Pamuk berjudul “Namaku Merah Kirmizi”. Tapi niat melanjutkan petualangan ke Timur Tengah pada abad ke-14 dalam novel itu mesti kuurungkan dulu.

Airin, kekasihku, berulang tahun hari ini, dan sampai matahari hampir masuk ke peraduannya, aku belum menemukan inspirasi hadiah yang tepat untuknya. Bagaimanapun juga, hari ini begitu spesial, karena hanya akan datang empat tahun sekali.

Tiba-tiba seekor kodok melompati genangan air. Lamunanku jadi buyar dibuatnya. Kodok itu kini melotot, lalu mengedip-ngedipkan mata dengan genit. Aku melihat ke belakang, siapa tahu ada orang lain yang ada disini. Nihil. Kedipan itu memang untukku.

“Sudah selesai melamunnya?”

Aku terkejut, lalu menoleh ke sekitarku lagi. Tidak ada orang lain. Lalu siapa yang barusan berbicara? Lagi pula aku tidak melamun, aku sedang berpikir.

“Hei, aku yang bicara!”

Pandanganku tertuju pada kodok nyasar tadi. Sepertinya gema suara barusan berasal dari situ.

“Ya, aku!”

Ya ampun! Kodok itu memang bisa ngomong…

Belum hilang keterkejutanku dia berbicara lagi.

“Jadikan aku hadiah spesial untuk Airin. Bukankah dia selalu berkata ‘aku sering merasa sendiri’ setiap kali kamu bertugas berhari-hari di luar kota?”

“Kamu… darimana kau tahu, Kodok?”

Kodok itu menggaruk kepalanya beberapa kali.

“Aku ini kodok sakti, bodoh! Dan aku telah bertahun-tahun tinggal di samping kamarmu. Aku bisa mendengar semua pembicaraan kalian, sekalipun kalian bercakap-cakap lewat telepon. Aku juga tahu, saat ini kamu sedang memikirkan hadiah yang paling berkesan untuknya.”

Aku beranjak mendekati kodok sakti itu.

“Kamu kodok yang… yang tidak biasa. Tapi siapa tahu kamu memang bisa jadi hadiah spesial untuknya. Berjanjikah kamu akan menghiburnya dan menjadi teman untuknya setiap kali aku tidak bisa bersamanya?”

“Aku bersumpah!”

Aku pun mengangkat kodok itu hati-hati dan meletakkannya di dalam toples kosong untuk kuhadiahkan pada Airin malam nanti.

*****

Tiga bulan kemudian.

Dunia rasanya seperti sedang mengejekku. Bahkan bulan purnama pun tidak mau keluar dari awan mendung malam ini, seolah enggan menghiburku yang sedang dilanda sepi dan kesedihan.

Hari ini Airin bertunangan. Lelaki yang beruntung itu adalah… ah, sudahlah! Aku bahkan tidak ingin menyebut lagi nama bedebah itu.

Aku melakukan kesalahan fatal pada tanggal 29 Februari malam, tiga bulan yang lalu.

Sejak hari itu, ternyata Kodok Sakti mulai jatuh cinta pada Airin. Dia sebenarnya seorang pangeran kaya raya yang terkena kutuk. Airin berhasil mematahkan kutuk itu dengan mencium Kodok Sakti sebulan kemudian, saat aku sedang bertugas ke luar kota.

Cinta tidak berpihak padaku kali ini. Dengan sisa-sisa semangat, aku pun menenggelamkan diri dalam novel “Namaku Merah Kirmizi”, sahabatku yang belum sempat aku gauli kembali sejak tiga bulan lalu.

 

*******

 

Pertama kali tayang di wall FB Fiksiana Community

#BelajarBareng  #EYD  #TandaPetik   #FiksiPromptFC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun