Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taufik dan Klinik Tang Fong

24 Februari 2016   21:36 Diperbarui: 24 Februari 2016   21:59 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi gambar dari dinding Fiksiana Community kiriman dari Arista Devi (admin)"][/caption]Menjelang sore, Taufik dan keluarganya bersama-sama menyusuri jalan kampung. Mereka mencicipi udara sore sembari sedikit berpromosi. Taufik hampir sebulan menjalani terapi kelumpuhan akibat stroke di klinik Tang Fong. Dua hari lalu Taufik dinyatakan sudah bisa meninggalkan kursi rodanya dengan catatan masih harus didampingi, karena tungkai kakinya belum kuat benar. Bagaimanapun juga, dia memang masih harus beradaptasi setelah hampir setahun lamanya hidup di atas kursi roda.

“Ayo, pak, semangat! Lebih cepat lagi!” seru Borlan, anak pertamanya yang berjalan paling depan.

“Jangan dipaksa dulu, dong. Bapak kamu kan masih belajar,” sahut Marni sambil tetap berusaha  menjaga keseimbangan suaminya.

Di belakang, Septi adik Marni dan Farhan suaminya, mengekor dengan setia.

“Kalau bapak sudah sehat, berarti minggu depan bisa ikutan lomba masak orang tua murid dong,” tutur Endah si bungsu yang berjalan menjajari langkah Taufik.

“Bisa, makanya doakan biar bapak cepat bisa jalan seperti semula,” sahut Taufik.

“Iya, ya baru ingat. Terus kapan pendaftaran terakhir, nak?” tanya Marni.

“Mm… kayaknya Sabtu deh, mak.”

“Kok pakai kayaknya? Ketahuan nih, kalau di kelas pasti kerjaannya tidur melulu!” ledek Borlan.

Endah meleletkan lidah pada kakaknya.

Sesaat kemudian, langkah Taufik terhenti. Pandangannya tertuju pada satu titik. Di depan toko bangunan di seberang jalan, seorang wanita berparas manis sedang mengatur tumpukan keramik yang diturunkan tukang dari atas mobil pick up. Itu Sandra, anak haji Bedu yang punya toko bangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun