Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Susu Kedelai

17 Februari 2016   21:00 Diperbarui: 17 Februari 2016   21:11 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="ilustrasi gambar dari: id.wikihow.com"][/caption]

Setiap tetes peluh akan dibayar, prinsipmu.

Kalau belum bisa pakai uang, pakai hutang, kalau tak kuat hutang, pakai senyum dulu.

Yang penting ada pengganti jam-jam yang kau lewatkan bersama butir-butir kedelai di dapur produksimu

.

Sebelum ayam jago terjaga, gemerisik mesin blendermu telah bernyanyi

memecah kebekuan subuh setiap hari.

Lalu kamu meniupkan cinta pada setiap tetes sari kedelai

yang dituangkan ke dalam panci.

.

Tak akan ada yang sia-sia

setiap tetes sari kedelai

setiap bulir gula pasir

setiap kepul asap di atas panci

Semua akan dibayar oleh uang, hutang atau senyuman pelanggan

yang telah menanti seiring matahari pagi.

.

Tanpa merek, tak dipajang pada rak minimarket pun tak apa, prinsipmu.

Yang penting butiran-butiran cinta dalam setiap botol susu sampai pada pelanggan dengan utuh

lalu cinta itu ditukar dengan beberapa lembar ribuan, hutang dan senyuman.

.

Tapi, cinta itu tak habis-habis juga rupanya.

Selalu masih ada yang tersisa untuk dibawa pulang di atas motor tua

untuk ditiupkan kembali pada bulir-bulir kedelai berikutnya

setiap kali subuh berpamitan pada cakrawala.

 

 

_________________________________________

 

Makassar, 17 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun