Kemarin aku adalah keheningan di balik pagi,
mendayu-dayu, sepoi berbisik lirih
hantarkan hangat menyibak selimut mimpi.
.
Kemarin aku bercerita pada bocah-bocah negeri
tentang hangatnya matahari               Â
serta hujan yang memanggil pelangi.
.
Andai bisa memutar waktu,
akan kusuguhkan padamu indahnya musim semi
yang dinanti setiap orang seperti menanti kekasih.
.
Tapi hari ini…
hari ini aku takut memandang pelangi
membayangkan pelangi itu terakhir yang kita miliki.
.
Aku hampir lupa cara bercerita pada anak cucumu nanti
tentang hutan-hutan tropis dan pesisir pantai
tentang kupu-kupu Bantimurung
tentang kocak kicau burung-burung pagi.
.
Aku lelah memikul kabut hitam pekat dari hutan yang kau bakar dengan tanganmu sendiri
melewati beton, aspal jalanan dan karbon monoksida, aku kepanasan, perih.
.
Aku hanyalah hembusan angin tua dari masa lalu
dari luar benteng-benteng egosentris, hendak menyapamu
membawakan keping-keping cerita
Tentang kemarin…
Â
Â
__________________________________________________
Ujung pagi Makassar, 14 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H