Penantian selama seminggu benar-benar terasa panjang. Setiap hari Dayat melatih kosa kata yang akan diucapkannya jika nanti benar-benar bertatap wajah dengan pujaan hatinya.
“Mbak Agnes, perkenalkan, saya Dayat… pengagum setia mbak Agnes…,”
Dayat masih merasa kurang pas.
“Hello lady, I’m Dayat. Welcome aboard…,” lanjutnya dengan suara dibuat bas persis penyanyi opera.
“Halo, mbak. Saya Dayat anak pak Sukri, mantan Lurah Kebon Kangkung, kelurahan paling gaul se-Indonesia Raya…,”
Hadehh, lebih parah kayaknya.
Memang pada event kali ini, Dayat ditugaskan project manager membantu di bagian publikasi. Jadi kerjaannya tidak jauh-jauh dari cetak mencetak spanduk, poster, flyer dan perangkat promosi lainnya, serta gantian shift menunggui sosmed Saiya Entertainment. Namun sebagai “orang dalam” Dayat tentu punya akses lebih dibanding orang kebanyakan untuk urusan backstage. Jika dia pandai-pandai memanfaatkan kesempatan bukan tidak mungkin bisa mewujudkan impiannya bertemu langsung dengan Agnes Mogyla, sang pujaan hati.
Dayat juga tidak lupa mempersiapkan sejumlah CD original Agnes Mogyla untuk ditandatangani penyanyi aslinya nanti.
Sembari mandi, dengan kepala masih penuh busa shampoo pun, Dayat tidak lupa menghafalkan lirik lagu duet Agnes, baik lagu yang berbahasa Indonesia sampai lagu yang berbahasa asing. Dia mesti mempersiapkan diri kalau-kalau beneran dipanggil berduet di atas panggung (ngarep.com)
Yang bikin jengkel bombay adalah kawan-kawan Dayat yang semula tidak pernah menunjukkan tanda-tanda jadi penggemar, belakangan ini memelas-melas kepada Dayat minta diberi akses ke belakang panggung untuk ketemu Agnes. “Tak sudi lah yau!!” prinsip Dayat.
******