Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Forum Petani: Belajar Lebih Dekat dengan Alam

10 September 2015   08:19 Diperbarui: 10 September 2015   08:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Halaman depan kompleks gereja Paroki Roh Kudus Unaaha"][/caption]

Matahari mulai condong ke Barat. Kompleks gereja Paroki Roh Kudus Unaaha yang biasanya lengang, sore itu terlihat ramai dan semarak. Belasan pemain gong Ganjur bersiap-siap menyambut peserta Forum Petani yang telah hadir sejak pagi dan siang dari beberapa wilayah di luar Unaaha. Tepat pukul 16.00 WITA upacara penyambutan dimulai. Pemain gong Ganjur mulai menabung gendang, canang, gamelan dan beberapa instrumen musik tradisional khas Bali lainnya, mengingatkan kita akan iringan penari Kecak  yang rancak membahana.

Iring-iringan penabuh gong Ganjur berjalan paling depan diikuti oleh iring-iringan peserta memasuki ruangan gereja untuk melanjutkan upacara dengan Misa Pembukaan kegiatan. Misa dipimpin oleh Pastor Paroki, Pastor Bartholomeus Sire’pen Pr dan Koordinator PSE KAMS (Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Makassar) wilayah Sulawesi Tenggara, Pastor Linus Oge, Pr.

Misa Pembukaan ini secara seremonial mengawali kegiatan Forum Petani yang berlangsung 3-5 September 2015 lalu di desa Sendang Mulyasari, Unaaha Sulawesi Tenggara.

Forum Petani adalah kegiatan yang diprakarsai oleh Komisi PSE KAMS dan Credit Union Mekar Kasih dalam rangka menyambut HPS (Hari Pangan Sedunia) yang diperingati pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya. Tujuan utama kegiatan ini adalah mempertemukan para petani-peternak untuk saling berbagi pengalaman mengenai teknik-teknik bertani beternak yang ramah lingkungan sesuai tema HPS tahun ini  “Merawat Bumi, Rahim Pangan Kita.”

Usai Misa pembukaan, peserta diarahkan untuk menikmati santap malam yang telah dihidangkan, kemudian dilanjutkan dengan acara perkenalan. Setiap peserta bersama rombongan diundang oleh MC untuk naik ke panggung utama dan memperkenalkan diri masing-masing. Tercatat lebih dari 100 orang peserta yang melakukan registrasi. Sebagian besar adalah peserta tuan rumah dari desa Sendang Mulyasari. Selebihnya berasal dari wilayah sekitar, seperti Labasa-Muna, Kendari, Pomalaa dan yang terjauh dari wilayah Toraja dan Luwu.

Yang menarik, kegiatan ini benar-benar bernuansa keselarasan dengan alam sesuai tema. Penginapan peserta pun menggunakan tenda-tenda yang telah disiapkan oleh panitia. Ada delapan tenda untuk peserta yang didirikan di samping halaman gereja Roh Kudus, dan satu tenda utama yang digunakan untuk tempat pertemuan dan eksebisi. Untuk keperluan MCK, peserta diarahkan pada rumah-rumah  warga di sekitar lokasi kegiatan yang telah dihubungi panitia sebelumnya.

[caption caption="Pemain gong Ganjur menyambut peserta"]

[/caption]

Semuanya dari Alam

Keesokan pagi (4/9) kegiatan pun dimulai. Sesi pagi diawali dengan sharing mengenai budidaya Lele Sangkuriang oleh Ibu Yesinta Tandipayuk, seorang peternak Lele dari Pomalaa.

Setelah coffee break pagi, materi dilanjutkan dengan presentasi “Spiritualitas HPS” oleh pastor Fredy Rante Taruk, Pr, Ketua Komisi PSE KAMS. Melalui presentasi tersebut, peserta kembali diingatkan pada keprihatinan akan bumi yang semakin menua, dan ulah manusia yang terus menerus merusak bumi sebagai tempat tinggal bersama. Jika tidak ada upaya signifikan untuk menyelamatkan lingkungan, dikhawatirkan pada masa depan nanti manusia berperang satu sama lain bukan lagi untuk memperebutkan kekuasaan atau minyak bumi, melainkan memperebutkan sumber-sumber daya alam seperti air, hutan, dan lain-lain. Pastor Fredy mengutip ensiklik yang dirilis oleh Paus Fransiskus: Manusia harus menghargai bumi sebagai Rumah Bersama. Kata “Rumah Bersama” ini jika direnungkan, sangat tinggi nilai spiritualnya. Dengan memperlakukan bumi sebagai rumah bersama, setiap orang diharapkan berperan untuk menjaga dan memperbaiki rumah bersama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun