Setelah makan siang sesi dilanjutkan dengan pemaparan Pengendalian Hama Terpadu menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Pak Anton, penyuluh pertanian yang membawakan sesi ini ikut mendemonstrasikan pembuatan pestisida nabati menggunakan bahan-bahan alami.
Setelah coffee break sore, peserta diperkenalkan pada teknologi meningkatkan Ph air minum melalui proses elektrolisa agar manfaat air minum sama dengan air alkali yang biasa dipasarkan di luar sana. Dengan rangkaian listrik sederhana tanpa wattage yang tinggi, ternyata kita bisa menciptakan instalasi “air setrum” dengan hasil yang tidak kalah dari air alkali. Hasil pengujian air yang telah disetrum menunjukkan Ph air sekitar 9,5 sampai 10,3. Tidak berbeda dari Ph air alkali yang dipasarkan secara komersil.
Pak L.E. Udjianto yang membawakan materi air setrum ini mengatakan, sudah setahun ini memanfaatkan air setrum untuk konsumsi sehari-hari di rumah sejak mendapatkan pembelajaran serupa saat melakukan studi banding di Semarang tahun lalu. Dihadirkan juga salah satu peserta yang menggunakan instalasi air setrum di rumahnya, terbukti air setrum menurunkan kadar kolesterol dan asam urat yang pernah dideritanya.
Kemudian sesi sore diisi oleh demonstrasi salah satu Kelompok Tani sawah di Sendang Mulyasari mengenai cara membuat MOL (Mikro Organisme Lokal). MOL digunakan untuk memberi nutrisi sekaligus memicu pertumbuhan tanaman. Jadi sifatnya seperti pupuk. Namun karena MOL dibuat dari bahan-bahan organik, MOL tidak membuat bakteri dalam tanah mati. Ada beberapa jenis MOL seperti MOL dasar, MOL akar, MOL daun, MOL penguat batang, MOL buah dan lain-lain. Namun yang didemokan sore ini adalah pembuatan MOL dasar. Bahan-bahannya sederhana: gula pasir, rebung yang dicacah halus dan air cucian beras (pertama). Untuk membantu fermentasinya digunakan biang bakteri EM4.
Setelah demonstrasi pembuatan MOL kelompok tani yang lain mendemonstrasikan pembuatan pakan ternak (sapi dan kerbau) dari jerami sisa-sisa panenan padi yang difermentasi dengan air gula dan EM4. Pakan ini berguna saat musim kemarau tiba dan rumput hijau mulai berkurang. Sehingga jerami sisa panen masih bisa dimanfaatkan.
Kurang lebih pukul 17.30 WITA, kegiatan dihentikan sejenak untuk memberi kesempatan kepada peserta agar beristirahat sejenak dan mandi. Setelah itu panitia menyiapkan makan malam untuk disantap bersama.
Pukul 20.00 WITA, kegiatan dilanjutkan kembali. Sesi malam diawali dengan demonstrasi pembuatan Bokasi, media tanam sekaligus pupuk alami bagi tanaman. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah serbuk gergaji, kotoran sapi, arang sekam, daun gamal dan dedak. Untuk membantu fermentasi digunakan EM4.
Setelah itu Pastor Linus Oge Pr, memberikan materi yang lebih ringan. Peserta diajak mengenal obat-obatan herbal yang bisa menjadi alternatif pengobatan untuk berbagai penyakit. Mulai dari penyakit ringan seperti batuk-batuk sampai penyakit berat seperti kanker. Ternyata negeri kita ini benar-benar kaya dengan tanaman yang bisa menjadi alternatif penyembuh penyakit, dan sebagian besar belum kita kenal manfaatnya. Contohnya pohon kelor. Selama ini mungkin kelor hanya dikenal sebagai tanaman kebanyakan yang sering digunakan untuk memandikan jenazah. Ternyata kelor memiliki kandungan gizi yang tinggi dan mengandung zat anti kanker.
Hampir setengah sepuluh malam, bersamaan dengan berakhirnya materi obat-obatan herbal, maka seluruh rangkaian kegiatan pada hari itu dirampungkan. Walaupun materi telah selesai, masih banyak peserta yang kongkow-kongkow untuk saling berbagi pengetahuan. Beberapa memanfaatkan live music (elekton) untuk berekreasi sejenak sebelum mengistirahatkan tubuh guna menerima materi keesokan harinya.
Bumi Rumah Bersama
Kegiatan hari kedua kembali diawali dengan lanjutan materi “Spiritualitas HPS” oleh pastor Fredy Rante Taruk, Pr. Peserta diberi pandangan baru mengenai bagaimana perlakuan kita terhadap alam ini akan diikuti dengan bagaimana alam memperlakukan manusia. Misalnya pupuk, jangan hanya dilihat sebagai “zat kimia” belaka, melainkan sebagai makanan kepada saudara-saudari alam dan tanah kita. Sehingga semestinya kita tidak menggunakan pupuk yang bersifat meracuni tanah dalam jangka waktu lama, melainkan menggunakan pupuk yang bersifat organik. Kita tidak usah heran akhir-akhir ini banyak fenomena alam yang terjadi mengganggu kehidupan manusia. Ini hanyalah reaksi balik dari perlakuan manusia terhadap alam.