Di atas cangkir moccacino, kau torehkan lipstik tipis menyala.
Menyesap
merekah bibirmu menyesap,
lalu mengepulkan kabut nikotin dari sana.
Malam menjelang subuh, ucapmu pada tirai president suite di antara belanatara metropolitan.
.
Tatapan dinginmu, sedingin kematian iringi detak-detik malam
iringi detak-denyut sakratul maut.
.
Lelaki itu
yang juga bertubuh polos, tak akan sempat mencumbumu
atau bahkan menghembuskan napas penghabisan dalam damai.
.
Bra dan blus kau kenakan kembali.
Moccacino favoritmu tandas,
Begitu pula nyawa lelaki itu bersama sisa-sisa asam sianida di bibirnya.
.
Pesan dari perangkatmu terkirim
“mission accomplished”
Lalu deretan angka dalam rupiah mengalir ke rekeningmu.
Seirama dengan ketukan high heels-mu
.
Tapi tak seperti biasa, kali ini ada bulir bening di sudut matamu.
Mungkinkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H