Â
Nomor urut 24 Pical Gadi
Â
Setahun sekali,
mata pria dalam siluet senja itu bersinar,
seperti kejora yang menyapu kelamnya malam.
.
Sambil memuaskan serupa kerinduan yang datang bersama mimpi buruk yang sudah-sudah
dia menitikkan bulir bening di sudut-sudut matanya
Aku sudah siap, doanya pada ibu persada.
.
Di bawah langit Agustus ke-70, kenangnya                                     Â
genderang perang telah berubah menjadi deram marching band yang membelah kota
derap gerilya pasukan berani mati jadi pawai pelajar di jalan-jalan protokol
dan Merah Putih yang pernah diusung berdarah-darah, kini berkibar anggun di sudut-sudut negeri.
Tulang dan darah sama yang sama,
namun perjuangan dan zaman telah memberi nilai yang nyaris berbeda.
.
Di bawah langit Agustus ke-70, kini
diseretnya roda kursi tuanya menyusuri lorong-lorong metropolitan untuk membawa pesan sekali lagi,
Kita telah merdeka!
pesan yang maknanya masih harus terus digali dari lubuk kalbu paling dalam,
 sembari menunggu panggilan terakhir dari ujung malam.
________________
Â
Makassar, 15 Agustus 2015
Catatan: Karya ini Orisinil dan belum pernah dipublikasikan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H