Mohon tunggu...
Phoenixius Kenneth Ryuta
Phoenixius Kenneth Ryuta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kecanduan Dunia Maya, Harga yang Harus Dibayar Kesehatan Mental!

9 November 2024   02:10 Diperbarui: 9 November 2024   02:28 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Social Media (pngtree.com)

Ketika segala sesuatu bisa diakses dalam hitungan detik, kemampuan untuk bertahan pada tugas jangka panjang semakin terancam. Kecanduan ini berujung pada hilangnya produktivitas dan rasa tidak puas terhadap diri sendiri. Dunia maya yang menawarkan pelarian sesaat hanya menciptakan ketidakmampuan kita untuk menyelesaikan tugas-tugas penting dalam kehidupan nyata.

Contoh nyata dari dampak kehidupan digital yang mengganggu produktivitas dan keseimbangan mental bisa dilihat pada fenomena "doomscrolling" yang belakangan marak. Fenomena ini adalah ketika banyak orang tanpa sadar menghabiskan berjam-jam menggulir berita dan konten negatif di media sosial, terutama di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian. 

Kebiasaan buruk ini tak hanya menyita dan memakan waktu orang banyak, tapi juga menurunkan fokus dan menyebabkan stres berlebihan kepada orang yang melakukannya . Bahkan, fenomena ini sering kali membuat seseorang sulit kembali ke tugas penting setelah tenggelam dalam lautan informasi yang tak henti-hentinya muncul.

Ironi HOAX di sosmed (colomnist)
Ironi HOAX di sosmed (colomnist)

 Ironi dan Dampak Koneksi Digital: Semakin Terhubung, Semakin Kesepian 

Ironisnya, meski teknologi dirancang untuk mendekatkan, banyak orang justru merasa semakin terisolasi. Ratusan koneksi digital tidak bisa menggantikan interaksi nyata yang penuh kehangatan. 

Dalam sebuah survei, ditemukan bahwa semakin lama seseorang menghabiskan waktu di media sosial, semakin tinggi tingkat kesepiannya. Interaksi virtual tak mampu menghadirkan rasa kedekatan yang nyata, dan akhirnya rasa hampa dan kesepian sering kali menjadi bayaran dari kehidupan digital.

 Terutama bagi generasi muda, kehilangan hubungan sosial yang autentik berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Mereka terjebak di antara ribuan teman maya, tetapi merasa tak punya satu pun tempat untuk berbagi.

Dampak negatif kehidupan digital juga terasa pada kesehatan fisik kita. Cahaya biru dari layar yang terus menyala hingga larut malam dapat mengganggu pola tidur, yang pada akhirnya merusak kesehatan mental. Kurangnya tidur berkualitas akan memperburuk kondisi emosional, membuat kita rentan terhadap depresi dan kecemasan.

 Penggunaan teknologi secara berlebihan juga mengurangi waktu untuk berolahraga dan beraktivitas fisik, yang sebenarnya sangat penting untuk keseimbangan mental. Saat tubuh dan pikiran kita sama-sama lelah, kesehatan mental pun semakin sulit dipertahankan.

Langkah Bijak Menghadapi Kehidupan Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun