Para Kompasianer tercinta, apa kabar?
Semoga Anda semua ada di dalam naungan kerahiman Allah. Bahagia rasanya bisa kembali menjumpai Anda.
Tulisan kali ini akan membahas mengenai kata turunan yang dibentuk melalui proses pemajemukan (komponisasi). Apabila bentuk dasar unsur depan kata tersebut berakhir konsonan dan unsur berikutnya berawal vokal, penulisan vokal itu dalam aksara Jawa tetap (tidak berubah menjadi konsonan-perangkap konsonan penutup bentuk dasar unsur depannya).
Contoh:
1. mangan ati (makan hati), mangan berakhir konsonan |n| dan ati berawal vokal |a|.
Penulisan
mangan ati dalam aksara Jawa tetap
mangan ati, bukan
mangannati.
2.
babat alas (babat hutan), babat berakhir konsonan |t| dan alas berawal vokal |a|.
Penulisan
babat alas dalam aksara Jawa tetap
babat alas, bukan
babat talas.
3.
panèn urang (panen udang), panèn berakhir konsonan |n| dan urang berawal vokal |u|.
Penulisan
panèn urang dalam aksara Jawa tetap
panèn urang, bukan
panèn nurang.
4.
pitik ireng (ayam hitam), topèng berakhiran konsonan |k| dan ireng berawal vokal |i|.
Penulisan
pitik ireng dalam aksara Jawa tetap
pitik ireng, bukan
pitik kireng.
5.
Anoman Obong (Hanoman Obong, salah satu babak Ramayana ketika Hanoman membakar Alengka), Anoman berakhir konsonan |n| dan obong berawal vokal |o|.
Penulisan
Anoman Obong dalam aksara Jawa tetap
Anoman Obong, bukan
Anoman Nobong.
Di dalam aksara Jawa terdapat
aksara murda (huruf “kapital”) yang digunakan untuk menuliskan nama gelar, nama diri, nama geografis, nama lembaga/institusi, dan nama badan hukum.
Ada delapan aksara murda, yaitu na, ka, ta, sa, pa, nya, ga, ba. Akan tetapi dalam perkembangannya, hanya tujuh yang digunakan sekarang. Aksara murda |nya| tidak lagi dipakai.
Karena Anoman adalah nama tokoh, maka boleh pula ditulis menggunakan aksara murda.
6.
dolanan ègrang (main egrang, permainan menggunakan dua batang tongkat bambu untuk berjalan), dolanan berakhir konsonan |n| dan ègrang berawal vokal |è|.
Penulisan
dolanan ègrang dalam aksara Jawa tetap
dolanan ègrang, bukan
dolanan nègrang.
Demikian bahasan mengenai penulisan kata turunan kali ini. Semoga bermanfaat.
Sampai berjumpa dalam tulisan berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya