Mendengar hal itu, si kuda putih pun melihat dirinya sendiri lewat pantulan air yang disediakan untuk minumnya. Dia tak lagi cantik seperti dulu. Tubuhnya kurus dan penuh luka bekas lecutan. Hatinya menjadi sangat sedih dan bertanya-tanya. Ke mana dirinya dulu? Dia yang dulu cantik dan lincah kini telah berubah total menjadi seekor kuda yang buruk rupa. Dalam hatinya ia pun bertekad ingin kembali seperti dulu.
Kuda putih itu mulai berusaha makan lebih banyak. Butuh perjuangan ekstra baginya hingga akhirnya dia bisa menyesuaikan lidahnya dengan rasa makanan yang tidak enak itu. Dia pun mengubah cara pandangnya mengenai tugas berat yang selalu diberikan oleh sang petani keji. Alih-alih sebagai kesengsaraan, dia mulai menganggap hal itu sebagai olahraga rutin yang baik untuk kesehatannya.Â
Ia juga mulai mencoba mengerti apa maksud lecutan dari tuannya. Pada awalnya semua itu terasa sakit hingga akhirnya dia bisa memahami keinginan sang petani. Kini dengan sedikit hentakan kaki, ia sudah memahami ke mana dia harus berjalan, kapan harus berhenti dan kapan ia harus berlari.Â
Dunianya mulai berubah, petani yang dulu dipandangnya keji, kini tampaknya mulai menyayanginya. Dia sering dimadikan dan dirawat dengan penuh kasih. Makanan enak pun kini seringkali menjadi santapannya. Tubuhnya berangsur-angsur pulih dan cantik kembali. Kuda putih itu pun tidak lagi merasakan penderitaan, dia justru bersyukur jika dulu ia harus makan dengan was-was karena ada ancaman binatang buas, kini ia dapat makan dengan tenang di kandangnya.
Si kuda tua pun menjadi heran dengan perubahan yang dialami kuda putih. Sekian lama ia hidup bersama dengan petani itu, tak pernah sekalipun ia mendapat perlakuan seperti itu. Ia pun bertanya-tanya. "Bagaimana dia bisa berubah seperti ini?"
Kuda putih itu pun menjawab "Ubahlah pola pikirmu terhadap dunia, maka duniamu akan berubah."
Dalam hidup, kita seringkali terjebak dalam pola pikir yang salah. Kita selalu saja menyalahkan orang lain akan keburukan yang menimpa kita. Seperti si kuda putih yang awalnya menyalahkan macan dan petani atau bahkan menyalahkan takdir. Namun ketika ia memutuskan untuk mengubah cara pandangnya terhadap hidupnya, semuanya itu mulai berubah.
Â
Â
Â
Â