Ada lagi usaha yang coba dilakukan oleh sekolah. Usaha itu menunggu siswa yang sedang menunggu angkutan menuju sekolah. Hasilnya, sama saja. Tawuran masih sering terjadi.
Pada akhirnya, sekolah pun sepertinya kehabisan akal untuk memutus rantai dari tawuran ini. Sekolah tidak bisa melakukan apa-apa. Jika kita kembali ke sekolah pun yang masih dipikirkan adalah nilai, nilai dan nilai. Sepulang sekolah, masih juga terjadi tawuran.
Tidak ada Bedanya dengan Masa Lalu
Menurut saya pribadi, fenomena tawuran yang terjadi pada masa kini memiliki essensi yang sama dengan apa yang saya rasakan. Pertama-tama, tawuran itu terjadi dikarenakan dendam. Dendam ini sebenarnya hanya dimiliki oleh beberapa oknum yang ada di pada saat itu. Tetapi ketika dendam itu diceritakan, maka essensinya menjadi berubah. Essensinya menjadi sebuah tradisi.
Ketika tradisi ini berkembang, maka dendam yang ada pada saat itu menjadi stereotype. Stereotype yang menjadi acuan dan trend. "Katro", adalah cap untuk siswa yang tidak mengikuti tradisi ini. Sehingga yang namanya remaja, maka akan terpicu untuk menunjukkan keberaniannya. Itu menjadi sebuah kebanggan bagi remaja yang mengikuti tradisi tawuran.
Selain dendam dan stereotype, ada pula latar belakang yang sepertinya membuat tawuran ini terus menerus bercokol. Latar belakang itu adalah trend. Melakukan tawuran menjadi sebuah kebanggan bagi remaja. Jika sedang berkumpul, maka jika tidak ada cerita mengenai tawuran, maka itu dibilang "katro".
Tawuran=Dendam
Setelah mendalami lebih lanjut dari pengalaman pribadi tersebut, saya dapat mengatakan bahwa tawuran dapat terjadi bersumber pada dendam. Dendam itu entah dikarenakan oleh sengketa percintaan atau pun mengenai saling ejek. Dari itulah saya duga bahwa tawuran itu terjadi.
Tidak berhenti sampai di sana saja. Ternyata meski tawuran itu berpangkal pada dendam, namun lebih lanjut dendam itu bermutasi menjadi sebuah trend yang kuat di dalam kalangan remaja. Itu pun kian dilestarikan dengan stigma bahwa "jika tidak mengikuti tawuran, maka anak itu dikatakan katro".
Dendam dihapus dengan Maaf
Dari tawuran, saya mencoba berpikir dan memberikan sedikit solusi dalam mengatasi permasalahan mengenai tawuran. Pertama, ialah menghapus dendam itu melalui pertemuan antar alumni yang berlangsung di salah satu tempat yang ditentukan oleh kedua belah pihak. Tidak hanya sampai di situ, keinginan ini harus lahir dari sebuah keprihatinan para alumni.