Apalagi nanti, yaitu ketika rational-power AI makin berlimpah seiring potensi komputer kuantum, sejenis consciousness bisa saja tercipta di dalam black-box yang membingungkan peneliti saat ini. Black-box tersebut bisa saja sebuah pandora-box yang siap mencurahkan segala keajaibannya. Will Smith telah terlebih dulu mengalaminya di dalam film i-Robots ketika android di hadapannya menjadi sentient dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan eksistensial dari pikirannya sendiri.Â
AI Tidak Mampu Berteologi Ketika ...
Menurut definisi Teologi yang dipegang Prof. Binsar, AI tidak akan pernah dapat berteologi secara proper sebab itu tidak mengalami perjumpaan dengan Allah. Namun, bagaimana dengan manusia yang terintegrasi dengan AI, alias transhumanis? Apakah manusia yang otaknya telah di-upgrade dengan Neuralink tidak lagi sah berteologi? Atau, apakah berkat rational-power yang berlimpah itu, ia justru dapat mewujudkan Kierkegaardian leap of faith dan mencapai kesempurnaan dalam berteologi?
Jika berteologi yang ideal, yaitu berteologi dari hati, dimulai dengan iman kepada Allah, itu hanya bisa terjadi bila seorang telah mengalami kelahiran baru (regeneration). Dan, kelahiran baru hanya bisa terjadi bila Roh Allah tinggal dalam dirinya. Jadi, berdiamnya (indwelling) Roh Kudus merupakan syarat utama berteologi dari hati. Hanya bila Roh Allah hadir pada seseorang, ia dapat berjumpa dengan sang Logos, mengalami kuasa sakramen yang menggairahkan, hidup sebagai satu tubuh dalam gereja. Mesin AI tidak akan pernah dapat dikatakan berteologi sebab itu tidak memiliki roh dan Roh Allah tidak tinggal di dalamnya.
Pidato Prof. Binsar dalam pengukuhannya sebagai guru besar merupakan sebuah pencerahan pada zaman ini. Seperti namanya, ia berhasil memberi terang kepada gelapnya pemahaman orang-orang Kristen mengenai AI.
Selamat melayani, Amang Binsar, baik sebagai guru besar dan pendeta, maupun sebagai Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Jakarta mulai 1 Oktober hari ini. Kiranya Allah sumber kecerdasan menguatkan dan meneguhkan Anda dengan Roh-Nya (Ef. 3:16).
Catatan Kaki
(1) Rekaman videonya dapat ditonton di https://www.youtube.com/live/rbR2h8q0T5s.
(2) Acara tersebut dirancang oleh ChatGPT bersama Jonas Simmerlein, teolog dan filsuf dari Universitas Vienna. https://apnews.com/article/germany-church-protestants-chatgpt-ai-sermon-651f21c24cfb47e3122e987a7263d348.
(3) Selengkapnya dapat dibaca di https://plato.stanford.edu/entries/anselm.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H