Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menggugat Keabsahan AI Berteologi

1 Oktober 2023   14:15 Diperbarui: 2 Oktober 2023   12:20 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skema buatan penulis

Mengkaji Ulang Dilema Theologia dan Theologike

Pengukuhan Binsar Pakpahan sebagai guru besar dapat dilihat sebagai kemenangan gereja terhadap AI. Meski demikian, beberapa pokok pikiran di dalamnya perlu dikaji ulang.

Pertama, dikotomi Theologia dan Theologike merupakan dilema klasik yang terus diulang. Itu mirip dengan pertanyaan, "Telur atau ayam; mana lebih dulu?" Prof. Binsar memilih yang kedua, yaitu Theologike. Namun, ketika Rasul Paulus menulis, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm. 10:17), itu seakan menyiratkan prioritas pada metode hermeneutika. Jadi, mana lebih dahulu; Theologia atau Theologike?

Jika Theologia dan Theologike merupakan dua kutub yang berseberangan, relasi di antara keduanya adalah sebuah siklus atau pendulum.

Skema buatan penulis
Skema buatan penulis

Seorang mungkin memulai ziarah rohaninya dengan mendatangi Kitab Suci dengan logika. Setelah melalui tahap notitia, assentia, fiducia (Agustinus), ia mengalami iman, yang kemudian mendorongnya kembali menggali kebenaran-kebenaran tentang Allah. Begitu seterusnya. Ada kalanya, seorang pertama-tama mengalami perjumpaan dengan Allah tanpa melalui pergumulan logika, seperti Paulus. Ia menemukan iman Kristen melalui penglihatan supranatural dalam perjalanan ke Damsyik (Kis. 9). Baru setelah itu, ia menimba kebenaran-kebenaran firman Allah.

AI Mampu Berteologi Bila ...

Prof. Binsar bertanya, "Apakah orang yang belum percaya [belum beriman] boleh berteologi?" Ia kemudian mendefinisikan Teologi sebagai pembahasan tentang Allah berdasarkan perjumpaan Allah dengan manusia di dalam Alkitab.

Dengan mengurung Teologi di dalam Alkitab, Prof. Binsar telah membatasi semua kemungkinan non-Kristen melakukan kegiatan yang mulia tersebut. Dalam definisi yang luas, berteologi dilakukan oleh semua manusia di berbagai budaya dan zaman, tiap kali mereka menggali kebenaran tentang yang ilahi. Bapa Gereja Agustinus mendefinisikan Teologi sebagai "a rational discussion respecting the deity".

Berteologi pun dapat dilakukan tanpa kitab suci. Para leluhur iman dan orang-orang saleh di masa lampau berteologi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan fundamental terkait origin (Dari mana saya berasal?), meaning (Apa arti hidup?), moral (Mana yang benar dan mana yang salah?), dan destiny (Apa tujuan final hidup saya?).

Jadi, Plato berteologi, Nabi Musa berteologi, Jalalludin Rumi berteologi, Rasul Paulus berteologi. Pastor yang memimpin misa di gereja, tukang sapu jalanan, atau karyawan restoran siap saji juga berteologi. Charles Ryrie, seorang teolog abad ke-20, menegaskan, "In reality, everyone is a theologian---of one sort or another." Bila kita menerapkan definisi Teologi yang luas pada AI, itu akan menghasilkan kesimpulan bahwa AI mampu berteologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun