Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film | "Asrama Dara" (1958)

22 Agustus 2019   17:14 Diperbarui: 22 Agustus 2019   17:23 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang mahasiswi bernama Tari (Aminah Chendrakasih) jatuh cinta pada seorang laki-laki yang seumuran ayahnya. Sedangkan, Rahimah (Chitra Dewi), yang merupakan calon dokter, dipaksa menikah di kampung, tetapi kemudian ditolong oleh Nasrul (Bambang Irawan).

Mereka yang sedang meniti karir menghadapi dilema percintaan. Pramugari Maria (Baby Huwae), yang menaruh hati pada Broto (Rendra Karno), diam-diam disukai co-pilot Imansyah (Bambang Hermanto). Broto sendiri menaksir seorang guru tari bernama Sita (Nun Zairina).

Persoalan di antara orang dewasa tersebut dibumbui tingkah-polah dua gadis remaja bernama Ani (Nurbani Jusuf) dan Ina (Suzanna) yang centil. Ina dititipkan pada bu Siti karena orangtuanya yang sibuk berpolitik telah bercerai.

Lagu dan Tema Saling Menguatkan
Tema kesetaraan gender dan hak perempuan kerap diangkat oleh Usmar Ismail di tahun 50-an. Melalui film ini, khususnya, ia menyiratkan agar perempuan memilih jalan hidupnya sendiri dan berani menyuarakan haknya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa rumah tangga bisa hancur bila seorang perempuan mengutamakan karir.

Usmar Ismail menyelesaikan semua ketegangan dalam "Asrama Dara" dengan jenaka, diselingi lagu-lagu yang terlalu jadul untuk dilewatkan. Saya menganjurkan agar Anda mengencangkan volum suara di gawai Anda ketika para artis mendendangkan "Suami Istri Bahagia", "Trem & Bis Kota", "Puspa Jelita", atau "Rindu Lukisan". (Lagu yang terakhir dikarang oleh Ismail Marzuki.) 

Selain memanjakan telinga, lagu-lagu ini terasa sangat pas dalam menyampaikan pada setiap babak.

Komentar dari Mereka yang Telah Menonton
Ada banyak unsur yang menjadikan "Asrama Dara" sebuah mahakarya. Terlalu banyak untuk diceritakan melalui tulisan yang singkat ini. Namun, bila Anda belum tergugah juga untuk menontonnya, mungkin komentar-komentar dari youtube berikut dapat menggerakkan hati Anda.

Hadi : "Sumpah dialognya enak banget didengernya, ternyata film tahun 1958 sebagus ini. Gue yang tadinya iseng doang ngeklik jadi nonton sampe abis."

Fa Kon Euw Yong : "Dialognya tetap pakai bahasa Indonesia, gak dicampur Inggris hanya untuk klihatan pintar & trendy. Seharusnya Film ini menjadi teladan bagi Pembuat Film yg memang benar-benar mau menghasilkan karya seni bermutu."

Mahyaruddin Hanifa Official : "Film Ini sangat berkualitas dan natural banget . . . Dialog nya Tidak seperti di buat-buat . . . film ini seperti nyata . . . Acting Para pemain nya sangat bertalenta. . . Ini thn 1958 lohh kok bisa sehebat ini film nya . . . yang jangan kan jauh dari gadjet atau dunia Internet seperti sekarang berkomunikasi jarak jauh pun masih surat menyurat.!!! Film zaman sekarang pun boleh di hitung jari yang sebagus film ini. . . Apik banget!!!"

Hari Sasongko : "Gila keren banget!!!  Dahsyat!!! Thn 50an seniman kita udah bisa bikin film kyk gini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun