Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo Berjilid-Jilid di Hong Kong, Buat Apa?

15 Agustus 2019   13:56 Diperbarui: 15 Agustus 2019   15:55 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi demonstrasi di Hong Kong. Disalin dari: thediplomat.com

Beberapa kasus khusus menjadi catatan penting.

Diketahui, lima orang penjual buku tiba-tiba menghilang dan kemudian ditemukan sudah ditahan di Cina daratan. Ada pula seorang jurnalis dicekal memasuki Hong Kong karena menyelenggarakan suatu acara yang menghadirkan seorang aktivis.

Mengapa negeri asal Bruce Lee, Jacky Chan, dan Andy Lau ini selalu bermasalah? Untuk memahami akar permasalahan, pertama-tama kita harus mengetahui sejarahnya.

Satu Negara, Dua Sistem

Masalah Hong Kong tidak dapat dipisahkan dari sejarahnya.

Setelah Perang Opium I, Dinasti Qing menyerahkan pulau Hong Kong ke Kerajaan Inggris (United Kingdom) melalui Perjanjian Nanking pada tahun 1842. Pada akhir abad itu (1899), Cina juga menyerahkan daerah selebihnya dalam perjanjian bertenor 99 tahun.

Menjelang tenggat waktu 99 tahun berakhir, Inggris dan Republik Rakyat Cina (RRC) menjalin kesepakatan baru menyangkut proses transfer kekuasaan. Hong Kong akan dikembalikan ke pangkuan Cina pada tahun 1997 dengan menganut prinsip "satu negara, dua sistem".

Itu berarti, Hong Kong tetap akan menikmati otonomi khusus, kecuali dalam urusan luar negeri dan pertahanan, selama 50 tahun. Penduduk Hong Kong berhak menganut sistem demokrasi yang berbeda dari RRC, yang melindungi hak berserikat dan menyatakan pendapat.

Semua hak istimewa ini akan dicabut pada tahun 2047. 

Namun, tampaknya RRC sudah tidak sabar memaksakan kehendaknya.

Pemimpin tertinggi Hong Kong saat ini tidak dipilih berdasarkan demokrasi langsung. Carrie Lam, sang Ketua Eksekutif, dipilih oleh sebuah komite yang sebagian besar diisi orang-orang pro-Beijing. Begitu pula Dewan Legislatif (Legislative Council) mereka. Keterwakilan suara pemilih mencapai titik terendahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun