Dalam bulan ini Kompasiana akan ketambahan sekitar 70 sampai 80 anggota baru dari Manado. Mereka adalah mahasiswa/i yang sedang menempuh mata kuliah yang saya ampu.
Terobosan ini saya ambil untuk meningkatkan keahlian menulis mereka. Mengapa tidak? Saya sendiri telah merasakan manfaat dari aktif menulis di Kompasiana.
Dalam artikel saya yang lain, saya telah mengatakan bahwa penduduk di sini menggunakan variasi bahasa Melayu-Manado dalam percakapan sehari-hari. Tidak heran, para mahasiswa tidak terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Di samping itu, saya melihat kemampuan berpikir sistematis mereka masih kurang. Duduk di semester IV, seharusnya mereka sudah biasa menulis menurut alur yang logis. Kenyataannya tidak demikian.
Saya pikir, tidak ada cara lain untuk meningkatkan keahlian menulis selain menulis. Dengan rajin menulis artikel, saya berharap kekurangan-kekurangan utama itu dapat teratasi. Yang kurang tinggal motivasi.
Generasi milenial terbiasa dengan prinsip "What you give, you get back." Itu semua berkat permainan-permainan digital dan youtube yang mereka akrabi.
Mereka akan tertarik melakukan sesuatu bila mereka memperoleh manfaat secara langsung. Terlebih, bila manfaat itu berbentuk poin, viewer, atau uang. Kebetulan, forum Kompasiana menawarkan ketiganya.
Disadari, ini merupakan percobaan pertama saya melibatkan Kompasiana dalam formulasi penilaian mata kuliah. Formulasi yang paling optimum masih diusahakan lewat trial & error.
Sembari itu, dapatlah saya membagikan beberapa pertimbangan best-practice bagi guru atau dosen yang mungkin tertarik untuk menerapkan metode ini.
1. Rumuskan alasan yang spesifik memanfaatkan forum Kompasiana.
Ada beragam alasan mengapa kita memanfaatkan forum Kompasiana untuk menilai performa mahasiswa. Salah satunya seperti yang telah saya jabarkan di awal. Alasan yang lain, kurangnya variasi komponen penilaian.
Secara umum, matriks penilaian mata kuliah terdiri dari Kehadiran, Tugas, UTS, dan UAS. Presentasi dan menulis makalah adalah anasir dari Tugas.
Menulis artikel di Kompasiana memberi tantangan dan gairah baru bagi mahasiswa yang terbiasa menulis makalah. Menuangkan gagasan sepadat maksimal 1500 kata jauh lebih sulit dari menulis makalah 10 halaman.
2. Beri nilai sesuai objektivitas dosen, bukan viewer.
Kita tahu, forum Kompasiana berbasis viewer. Artinya, kualitas setiap postingan tidak dinilai berdasarkan sistematika penulisan, melainkan jumlah pembaca. Angka viewer dikonversi menjadi poin yang pada akhirnya dikompensasi menjadi uang.
Penilaian berdasarkan viewer bersifat subjektif. Sedangkan, untuk menilai semua artikel yang diunggah mahasiswa diperlukan seorang juri yang objektif. Dalam hal ini, dosen pengampu adalah juri yang sah yang memberlakukan parameter yang sama untuk menilai karya mahasiswa.
Dalam praktiknya, saya meminta mahasiswa mengirim screen-capture sebagai bukti telah mengunggah tulisan di Kompasiana. Lalu, melalui gawai saya membaca dan langsung dapat menilai artikel tersebut; dimana saja, kapan saja.
Formulasi penilaian dalam kelas-kelas yang saya ampu biasanya adalah Kehadiran 15%, Tugas 35%, UTS 25%, dan UAS 25%. Dalam satu semester, saya memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk mengirimkan maksimal 2 artikel. Jika tulisannya bagus, saya beri kontribusi maksimal 10% ke dalam kategori nilai Tugas.
3. Motivasi para mahasiswa bahwa apa yang mereka hasilkan semata-mata bermanfaat bagi mereka sendiri.
Sejak briefing awal para mahasiswa tampak sangat tertarik bergabung dengan Kompasiana, apalagi setelah mendengar imbalan berupa K-rewards. Dengan pengalaman berselancar di youtube, mereka tidak kesulitan memahami mekanisme tersebut.
Saya tinggal menekankan bahwa semua keuntungan yang dihasilkan adalah bagi mereka sendiri. Dosen tidak memiliki motivasi "udang di balik batu". Baik poin maupun kompensasi uang sepenuhnya menjadi milik mereka.
Semoga ide ini menginspirasi. Selamat mencoba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI