Shantha Mayadunne adalah koki terkenal di Srilanka. Ia memandu sebuah acara memasak di televisi lokal. Keahliannya adalah makanan keluarga cepat saji. Ia meyakini bahwa "Tidak ada yang membawa kebahagiaan lebih besar bagi keluarga selain makanan yang enak."
Pagi itu, ia dan keluarganya sedang menikmati sarapan di hotel Shangri-La, Kolombo. Nisanga Mayadunne, putrinya yang lulus dari University of London, mengabadikan momen itu dan mengunggahnya di laman Facebook.
Beberapa menit kemudian, segalanya musnah. Shantha dan Nisanga menjadi korban.
Berduka dalam sunyi
Keluarga Povlsen adalah salah satu keluarga terkaya di Denmark. Sang kepala keluarga, Anders Holch Povlsen, menikmati kekayaan miliaran dollar dari perusahaan pakaiannya, Bestseller. Sebisa mungkin Povlsen menjauhkan keluarganya dari publisitas.
Dalam sebuah wawancara, Anders Povlsen dan istrinya, Anne, telah mengemukakan rencana untuk mewariskan bisnis dan proyek-proyek keluarga kepada anak-anaknya. Salah satunya adalah proyek sosial mengembalikan fungsi hutan di lahan yang mereka miliki di Skotlandia.
Siapa sangka, tiga dari empat anaknya turut menjadi korban dalam serangan teroris Kolombo. Tersembunyi dari pandangan dunia, Povlsen berduka.
"Ayah, mengapa engkau pergi?"
Pagi itu Ravindran Fernando mengikuti Misa bersama keluarganya di dekat gereja St. Anthony. Ia duduk di bangku belakang bersama putranya, sedangkan istri dan kedua putrinya duduk di depan.
Segera setelah ledakan dahsyat mengguncang gereja, langit-langit runtuh. Tubuh Ravindran tertimpa reruntuhan. Orang-orang mengeluarkannya dan membawanya dengan ambulans. Ia meninggal di rumah sakit.
Di persemayaman, istri dan anak-anaknya yang selamat hanya bisa meratap. "Ayah, mengapa engkau pergi?" tangis salah satu putrinya. "Mengapa engkau meninggalkan kami seperti ini? Bangunlah! Engkau selalu membelikan apa yang kami minta. Tidak pernah tidak." Ravindran dulu seorang pelayan restoran.