Boeing sudah mengendus masalah ini. Namun, tekanan deadline membuat mereka mengambil jalan pintas. Â Alih-alih merancang ulang konfigurasi bayi 737 Max, mereka memasang sebuah piranti lunak yang secara otomatis memaksa hidung pesawat menukik (nose-down). Mekanisme ini disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS).
Sayangnya, pilot tidak cukup dibekali pemahaman tentang fungsi MCAS. Pada tahun 2018, sejumlah pilot Amerika melayangkan keluhan kepada pemerintah bahwa 737 Max yang mereka tangani tiba-tiba menukik. Namun, tidak ada follow-up dari Boeing maupun FAA.
Kongkalingkong Membuahkan Kecelakaan
Pada 29 Oktober 2018, Lion Air JT 610 lepas landas dari Jakarta. Dalam laporan yang dirilis Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terlihat bahwa pesawat menukik (nose-down) setelah lepas landas.Â
Resah dengan perilaku pesawat, sang Kapten meminta kopilot memeriksa buku panduan. Tidak ada solusi. Lion Air JT 610 meneruskan perjalanan.
Pesawat harus berjuang untuk naik ke level yang diinginkan (climbing). Mempertahankan ketinggian terbang pun dirasa sulit. Dicurigai, sensor MCAS menafsir gerakan climbing secara berlebihan sehingga senantiasa memaksa pesawat turun. Dua belas menit setelah lepas landas, JT 610 nyemplung ke Laut Jawa.
Dalam kecelakaan maskapai Etiopia, laporan juga menunjukkan pola yang sama. Bedanya, para pilot berhasil "melumpuhkan" sistem MCAS dan mengambil kendali manual. Namun, ketika itu terjadi, sudah terlambat.
Publik mempertanyakan keabsahan mekanisme yang fatal itu. Imbasnya, FAA turut diselidiki. Mengapa mereka meloloskan sistem MCAS yang bermasalah? Dugaan kongkalingkong pun merebak.
Investigasi Seattle Times mengatakan bahwa untuk mempercepat verifikasi, FAA justru menyuruh para manajer Boeing menguji sendiri pesawatnya lalu memberikan laporannya kepada mereka. Ini melanggar semua regulasi.
Menanggapi situasi yang berkembang, Boeing telah memperbaiki piranti lunak 737 Max untuk membuat MCAS kurang agresif. Selain itu, mereka menambahkan porsi latihan pilot untuk mengendalikan secara manual. Kendati demikian, kecil kemungkinan 737 Max akan kembali diminati. Reputasinya telah tercoreng.