Beberapa tahun lalu, modus yang sama juga terjadi. Sejumlah amplop berisi beberapa lembar uang biru ditemukan pagi hari di bawah pintu. Terselip sebuah stiker dengan foto orang tertentu. Transaksi berlangsung, tetapi tanpa jaminan. Tahu sama tahu.
Ironis. Di kantong kekristenan, rupanya orang-orang Kristen masih mempraktikkan cara-cara busuk untuk berkuasa. Praktik money-politic---atau rice-politic---terang-terangan terjadi di depan hidung gereja. Mustahil praktik gelap ini tidak diketahui oleh para imam atau pengkhotbah. Namun, sampai saat ini tidak ada teguran atau tindakan disiplin nyata dari mereka.
Sebenarnya praktik-praktik seperti itu mubazir. Seperti kebanyakan orang Manado, keluarga istri saya konservatif dalam pilihan politik. Mereka hanya loyal pada satu partai. Apapun yang terjadi. Dan, mereka hanya memilih caleg yang keluarganya telah lama dikenal baik.
Begitulah sekelumit kisah dalam masa pra-Pemilu dari kampung saya di Minahasa. Kemiripan situasi dan modus mungkin bukan kebetulan semata, sebab begitulah realitas politik di banyak daerah.
Namun, kiranya animo kita untuk memilih tidak berkurang. Seberapapun jeleknya akhlak sebagian caleg, masih banyak orang yang baik di negeri ini. Mari jo torang bacoblos!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H