Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Decacorn Titanicum, Bila Raksasa Startup Tenggelam Seperti Titanic

10 April 2019   16:40 Diperbarui: 11 April 2019   10:09 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tahun-tahun awal kemunculan Android, Nokia masih merupakan rajanya ponsel. Namun, jajaran direksi perusahaan asal Finlandia itu meremehkan potensi sistem operasi baru yang berbasis Linux. Mereka lebih nyaman dengan Symbian. Setelah para pesaingnya ramai-ramai mengadopsi Android dan unggul di pasaran, barulah mereka tersadar. Sayangnya, semua sudah terlambat.

Ketika suatu pasar mengalami saturasi, kompetisi di dalamnya menjadi berdarah-darah (red-ocean). Lihat saja BukaLapak, Tokopedia, JD.ID, Shopee, Lazada, dan sejenisnya. Dalam situasi demikian, tiba-tiba muncul ceruk pasar yang baru. 

Biasanya, kesuksesan perintis pasar yang baru segera diikuti kemunculan perusahaan-perusahaan start-up. Sementara itu, pasar yang lama menjadi out-dated dan ditinggalkan.

Berkaca dari tenggelamnya Titanic, saya sungguh merasa bahwa perusahaan-perusahaan decacorn bisa mengalami nasib yang sama. Tidak perlu sebuah lubang besar untuk menenggelamkan Titanic; begitu pula, tidak perlu sebuah kesalahan besar untuk meruntuhkan sebuah decacorn.

Berkaca dari tenggelamnya Titanic, saya sungguh merasa bahwa perusahaan-perusahaan decacorn bisa mengalami nasib yang sama.

Derajat perubahan dalam era disrupsi begitu hebat sehingga industri yang baru (blue-ocean) bisa muncul dengan cepat. Tidak peduli seberapa banyak inovasi dan perbaikan telah dilakukan, bila zaman memang sudah berubah, maka perusahaan itu, beserta pasarnya, akan lenyap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun