Dalam tahun-tahun awal kemunculan Android, Nokia masih merupakan rajanya ponsel. Namun, jajaran direksi perusahaan asal Finlandia itu meremehkan potensi sistem operasi baru yang berbasis Linux. Mereka lebih nyaman dengan Symbian. Setelah para pesaingnya ramai-ramai mengadopsi Android dan unggul di pasaran, barulah mereka tersadar. Sayangnya, semua sudah terlambat.
Ketika suatu pasar mengalami saturasi, kompetisi di dalamnya menjadi berdarah-darah (red-ocean). Lihat saja BukaLapak, Tokopedia, JD.ID, Shopee, Lazada, dan sejenisnya. Dalam situasi demikian, tiba-tiba muncul ceruk pasar yang baru.Â
Biasanya, kesuksesan perintis pasar yang baru segera diikuti kemunculan perusahaan-perusahaan start-up. Sementara itu, pasar yang lama menjadi out-dated dan ditinggalkan.
Berkaca dari tenggelamnya Titanic, saya sungguh merasa bahwa perusahaan-perusahaan decacorn bisa mengalami nasib yang sama. Tidak perlu sebuah lubang besar untuk menenggelamkan Titanic; begitu pula, tidak perlu sebuah kesalahan besar untuk meruntuhkan sebuah decacorn.
Berkaca dari tenggelamnya Titanic, saya sungguh merasa bahwa perusahaan-perusahaan decacorn bisa mengalami nasib yang sama.
Derajat perubahan dalam era disrupsi begitu hebat sehingga industri yang baru (blue-ocean) bisa muncul dengan cepat. Tidak peduli seberapa banyak inovasi dan perbaikan telah dilakukan, bila zaman memang sudah berubah, maka perusahaan itu, beserta pasarnya, akan lenyap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H