Dengan sejumlah prestasi dan rekor tersebut, para pemangku jabatan tentu layak mengharapkan GoJek-corn terus berjingkrak di atas awan. Gelar "Hectocorn" pun bukan mustahil diraih. Namun, kita tidak boleh menafikan kemungkinan bahwa di atas awan disrupsi, kuda magis itu masih bisa terjungkal.
Belajar dari Tumbangnya Para RaksasaÂ
Belajar dari buku Blue Ocean Strategy (2005) ada tiga hal yang seringkali dapat merobohkan perusahaan-perusahaan raksasa.
1. Tidak fokus
Godaan terbesar top-management adalah melakukan diversifikasi. Setelah sebuah perusahaan start-up sukses dengan satu produk, biasanya mereka mencoba peruntungan di bidang atau produk lain. Sayangnya, menurut W. Chan Kim dan Rene Mauborgne, langkah ini merupakan resep menuju kehancuran. Contoh yang paling membekas adalah perusahaan Kodak.
Godaan terbesar top-management adalah melakukan diversifikasi.
2. Munculnya kompetitor "blue-ocean"
Ancaman tidak selalu datang dari kompetitor pada industri yang sama (source of business). Seringkali, kinerja penjualan suatu perusahaan dipengaruhi oleh industri baru yang berbeda. Ada banyak contohnya. Menurunnya penjualan merek teh tertentu diakibatkan munculnya jenis minuman yang baru: cola. Ada masa ketika raksasa piranti keras IBM takluk kepada perusahaan piranti lunak Windows.
Perkembangan teknologi di era disruptif dapat dengan cepat mematikan suatu industri, bukan hanya satu perusahaan. Kehadiran Stadia, pelopor cloud-gaming, otomatis mengancam industri konsol permainan berbasis blue-ray. Bisa jadi kemunculan teknologi 5G, 6G, dst., akan merangsang temuan lain menggantikan fitur e-wallet andalan Gojek.
Perkembangan teknologi di era disruptif dapat dengan cepat mematikan suatu industri, bukan hanya satu perusahaan.
3. Keengganan berinovasi