Sepulang bergereja pada hari Minggu yang lalu, tak sengaja saya melewati sebuah backdrop di sebuah rumah sakit swasta. Tercetak dalam tulisan besar-besar "World Kidney Day 2019". Menatap tulisan tersebut, untuk sepersekian detik ingatan saya langsung tersedot ke masa 2 tahun yang lalu.
Ayah mertua saya meninggal akibat Penyakit Ginjal Kronis (PGK) karena terlambat ditangani. Beberapa gejala awal sebenarnya telah mengindikasikan beliau memiliki penyakit yang serius. Namun, ajakan memeriksakan diri ke rumah sakit selalu ditolaknya. Terpaksa, petugas laboratorium klinis dipanggil ke rumah. Dua hari berselang, hasilnya keluar. Vonis dokter yaitu: gagal ginjal stadium 4.
Beliau dianjurkan agar segera cuci darah. Tidak ada pilihan lain. Sayangnya, ayah menolak, mungkin karena enggan merepotkan keluarga. Kami pun menelan pil pahit. Mau bagaimana lagi?
Mulailah hari-hari yang menyesakkan dada. Hari berganti hari menyaksikan kondisi kesehatan beliau yang terus merosot: muntah-muntah, tidak selera makan, tidak bisa minum, sering merasa gatal dan minta digaruk, selalu insomnia karena sesak napas. Tidak sampai sebulan, beliau menyerah. Tutup usia. Begitulah ganasnya gagal ginjal.
Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap Kamis kedua di bulan Maret. Tahun ini kebetulan jatuh pada tanggal 14 Maret. Dikutip dari laman worldkidneyday.org, tema yang ditetapkan untuk tahun ini adalah "Kidney Health for Everyone Everywhere". Peningkatan jumlah kasus PGK menjadi fokusnya.
Saat ini diperkirakan 850 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit ginjal. PGK menyebabkan setidaknya 2,4 juta kematian per tahun, dan kini menduduki peringkat ke-6 penyebab kematian. Diperkirakan pada tahun 2040 monster ini akan naik ke peringkat 5.
PGK merupakan salah satu pembunuh senyap yang tidak menampakkan gejalanya pada tahap awal. Seringkali seorang tidak sadar bahwa dirinya mengidap penyakit ginjal sampai ia tiba pada stadium 3 atau lebih. Mungkinkah Anda salah satunya?
Waspadai Penyebab PGK
Pertama-tama, marilah kita berkenalan dengan ginjal, atau, istilah kedokterannya: Renal. Dari gambar rontgen ginjal akan tampak seperti dua kacang seukuran kepalan tangan. Karena berada tepat di bawah tulang rusuk di sekitar pinggang, orang-orang sering menyebutnya "buah pinggang".Â
Beberapa orang dilaporkan, meskipun jarang sekali, memiliki tiga atau empat buah. Setiap hari, dua ginjal menyaring sekitar 120 hingga 150 liter darah untuk menghasilkan sekitar 1 sampai 2 liter urin.
Hipertensi dan diabetes disinyalir merupakan penyebab gagal ginjal yang paling umum. Hipertensi berkontribusi terhadap seperempat kasus PGK, sedangkan diabetes menyumbang sepertiga. Dalam persentase kecil, penyakit ginjal disebabkan faktor turunan.
Menurut riset Kemenkes tahun 2013, penyakit ginjal yang sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Menurut riset tersebut, pria lebih rentan mengalami batu ginjal dibandingkan wanita.
Batu ginjal terbentuk dari penumpukan atau pengkristalan kalsium oksalat yang tidak digunakan tubuh. Dehidrasi atau kekurangan cairan meningkatkan risiko pengkristalan kalsium. Mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang, khususnya yang bersifat analgesik, juga berpengaruh besar.
Ayah mertua saya lama berkecimpung di bisnis perkayuan. Berpuluh-puluh tahun dihabiskannya keluar masuk hutan untuk mengawasi pengambilan kayu. Istri dan ipar saya beberapa kali diajak ke tempat kerja beliau. Merekalah saksi betapa iritnya beliau minum air, berjalan empat sampai lima jam masuk hutan cuma berbekal air minum dalam kemasan 600 ml. Padahal, secara medis, manusia dianjurkan minum air putih setidaknya dua liter setiap hari.
Para pekerja lapangan memiliki kebiasaan yang mirip. Dalam pengalaman saya, mereka yang berprofesi sebagai salesman rentan mengidap penyakit ginjal dan maag. Demi mencapai target omset, mereka sering menunda waktu minum dan makan. Ditambah, tidak selalu mereka menemukan warung makan di dalam rute operasinya.
Banyak orang menuding sayur bayam sebagai salah satu biang penyakit ginjal. Bisa jadi. Bayam memang banyak mengandung senyawa kalsium oksalat. Namun, sepiring bayam tidak akan langsung menyebabkan batu ginjal.
Pengobatan PGK
Secara umum, cuci darah (dialisis) adalah tindakan medis yang paling dikenal bagi penderita gagal ginjal. Tindakan ini dianjurkan bila fungsi ginjal cuma tersisa 15% atau kurang. Jenisnya ada dua: Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal.
Dalam proses Hemodialisis, darah pasien disedot dan dipompakan ke dalam mesin dialisis untuk menyingkirkan partikel-partikel sampah dan kelebihan cairan. Keluar dari mesin, darah yang sudah bersih dipompakan kembali ke pembuluh darah. Proses ini memakan waktu tiga hingga lima jam dan biasanya dilakukan hingga tiga kali dalam seminggu.
Dalam proses Dialisis Peritoneal, darah dibersihkan ketika masih di dalam tubuh dengan memompakan cairan bersih ke perut. Partikel-partikel sampah yang terkumpul dari darah kemudian dikeluarkan.
Menurut data dari yayasanginjalindonesia.com, penderita PGK yang aktif cuci darah meningkat dari 30 ribu (2015) menjadi lebih dari 50 ribu (2016). Ini dapat menjadi indikasi betapa kesadaran masyarakat masih kurang terhadap gejala-gejala awal penyakit ginjal. Ketika disadari, penderita sudah sampai pada kondisi harus cuci darah.
Karena PGK tidak dapat disembuhkan, penderita bergantung pada dialisis seumur hidupnya. Ini adalah proses yang melelahkan dan agak menyiksa. Mungkin itu pula yang hendak dihindari oleh ayah mertua saya. Karena itu, sebagian besar penderita gagal ginjal berharap pada cangkok ginjal.
Cangkok ginjal dianggap lebih baik baik karena tingkat menyintas yang lebih tinggi daripada dialisis.Â
Penerima donor ginjal memiliki tingkat keberhasilan 85-90% pada tahun pertama. Artinya, setelah satu tahun, 85 hingga 90 dari 100 ginjal yang dicangkokkan tetap berfungsi baik. Sayangnya, organ donor yang tersedia amat terbatas. Kelangkaan ini dimanfaatkan oleh sindikat perdagangan organ tubuh untuk meraup keuntungan.
Deteksi Dini Menangkal Pembunuh Senyap
Deteksi dini sangat diperlukan agar kita terhindar dari penanganan yang terlambat. Nyeri di tulang belakang atau di sekitar pinggang merupakan beberapa tanda kekurangan cairan. Ketika Anda membaca tulisan ini, apakah Anda merasakannya?
Selain tanda-tanda di atas, berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dicurigai berkaitan dengan gangguan pada ginjal.
1. Berasa logam di mulut
Akibat dari dari buruknya kinerja ginjal dalam membuang racun tubuh, partikel-partikel logam menumpuk dalam darah. Akibatnya, mulut mungkin berasa logam dan berbau tak sedap.
2. Buang air kecil berkali-kali
Intensitas buang air yang bertambah tetapi dengan urin yang lebih sedikit mengindikasikan proses filterisasi di ginjal terganggu.
3. Perubahan warna urin
Perubahan warna urin adalah tanda yang signifikan atas kinerja ginjal. Toilet-toilet umum di bandara atau stasiun kereta umumnya telah dilengkapi dengan pamflet indikator untuk menolong kita mewaspadai perubahan warna urin. Bila urin mengandung darah, berbusa atau berwarna kehijauan, itu pertanda buruk.
4. Pergelangan kaki terasa membengkak
Penumpukan cairan yang berlebih di dalam tubuh merupakan sinyal kuat dari ginjal yang bermasalah. Bedakan dengan gelambir lemak di pinggang atau perut Anda.
Bila Anda mengalami beberapa dari gejala tersebut, tidak ada salahnya untuk melakukan cek kesehatan.Â
Saat ini, banyak laboratorium klinis yang mampu mengadakan pemeriksaan kondisi ginjal. Ada dua tes yang paling populer, seperti 1) tes darah, untuk mengukur perkiraan tingkat penyaringan glomerular (e-GFR) dan 2) tes urin, untuk mengukur kadar Albumin dan Kreatinin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H