Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Reb Tevye, Feminisme, dan Emansipasi Pria

9 Maret 2019   17:51 Diperbarui: 11 Maret 2019   10:38 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tevye menelisik ke dalam dirinya. Di saat yang sama ia membuka mata. Dunia sedang berubah rupanya.

Sekarang giliran Chava. Ia datang kepada ayahnya meminta izin untuk menikah dengan Fyedka, seorang pemuda Rusia beragama Kristen Orthodox. Tevye menolak. Menikah dengan non-Yahudi adalah pagar yang tidak boleh dilanggar. Chava berontak. Ia kawin lari.

Reb Tevye mewakili tirani patriarkis yang disinyalir telah berkuasa sejak bumi diciptakan. Di mata kaum feminis, kaum pria telah mengurung mereka di dapur selama ribuan tahun. Tirani ini harus diruntuhkan melalui kesadaran akan kesetaraan gender.

"Kesetaraan Kesempatan" atau "Kesetaraan Hasil"

Gerakan feminisme yang bermula pada dekade 1960-an mencita-citakan pembebasan kaum wanita dari penindasan oleh kaum pria. Visi ini akan tercapai bila perempuan mendapatkan "kesempatan yang setara" (equal opportunity) dan "hasil yang setara" (equal outcome).

Dengan kata lain, perempuan tidak hanya boleh menjadi insinyur, pembalap, astronot, atau CEO, tetapi mereka juga harus memperoleh gaji, fasilitas, dan tunjangan yang sama ketika menduduki posisi-posisi itu. Ini tentu baik. Sesungguhnya, semua perusahaan ingin secara adil mengeksploitasi siapapun yang memiliki keahlian tertentu dengan bayaran yang sepadan.

Jadi, bila wanita diberikan kesempatan yang setara untuk menempati fungsi-fungsi yang dikerjakan laki-laki, maka pada suatu saat distribusi keahlian di antara kedua gender menjadi berimbang. Yang terjadi malah sebaliknya.

Di negara-negara Skandinavia yang menerapkan kesetaraan gender, pilihan profesi laki-laki dan perempuan justru semakin berbeda. Mengapa demikian?

Secara biologis, laki-laki lebih tertarik pada benda atau hal, sedangkan perempuan lebih tertarik pada manusia atau relasi. Bidang ilmu teknik menuntut perhatian kepada benda atau sistem, maka lebih banyak laki-laki berprofesi sebagai insinyur karena merasa nyaman dengan bidang itu. Dengan alasan yang sama, statistik menunjukkan bahwa jumlah perawat wanita jauh lebih banyak daripada laki-laki.

Hal yang sama diindikasikan oleh penelitian yang diadakan bersama oleh Google dan Nielsen. Mereka menemukan bahwa kategori game, olahraga, dan dunia virtual lebih banyak ditonton laki-laki. Sedangkan, kategori yang banyak ditonton oleh perempuan berhubungan dengan kosmetik, perawatan kuku, dan diet (mediakix.com; 27/2/2019).

poster film Fiddler on the Roof (pinterest.com/Deanna Hammond)
poster film Fiddler on the Roof (pinterest.com/Deanna Hammond)
Mengidamkan Laki-Laki yang Lebih Lembut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun