Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keterbatasan Bukan Halangan bagi Ratih Menggapai Masa Depan

13 September 2016   11:38 Diperbarui: 13 September 2016   14:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini diolah dari tulisan Kang Ipong, tentang seorang murid SD bernama Ratih Indriyani yang tetap semangat terus mengenyam pendidikan, meskipun didera penyakit kelumpuhan yang membuatnya berjalan dibantu dengan tongkat dan penyakit paru-paru basah.

Ratih masih berumur 13 tahun saat ini. Dia adalah seorang siswi kelas 6 di 6 SDN Kuta Luhur Kp Cijangkar Desa Bantar Kalong Kec warung kiara Kab Sukabumi. SDN Kuta Luhur berada diatas ketinggian 700 m di atas permukaan laut yang berjarak sekitar 13 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi.

Sosok Ratih adalah contoh anak yang terus menuntut ilmu, meskipun menderita lumpuh sekaligus paru-paru selama 6 tahun. Untuk kegiatan sehari-harinya, tongkat menjadi sahabat setia selama berkegiatan di sekolah dan kegiatan sehari hari.

Melihat semangat Ratih untuk terus sekolah, Ayahnya tak mau mematahkan keinginan anakanya. Ayahnya selalu mengantar dan menjemput ratih dari sekolah. Laju motor untuk ke sekolah pun tidak mudah, karena harus menempuh jarak 3 km melalui areal perkebunan dengan akses jalan tanah merah nan licin dan berlumpur.

Akses menuju ke sekolah memang tidak mudah untuk sebagian besar anak-anak sekolah di negeri kita. Sang Ayah selalu berdoa hujan jangan sampai turun ketika dia menuntun anaknya menuju sekolah, karena perjalanan akan semakin berat mengingat kondisi fisik jalan akan semakin parah dan sulit dilalui. Selain itu hujan yang turun juga membuat sang Ayah begitu khawatir akan nasib Ratih, karena mempengaruhi kondisi kesehatan Ratih yang sangat rentan yang menginap penyakit paru-paru. Kalau sudah begini, Ayahnya memilih untuk meliburkan Ratih daripada menyaksikan anak yang dicintainya dengan kondisi yang semakin lemah.

Perjuangan Ratih untuk meluaskan cakrawala dan pengetahuan dengan terus bersekolah membuat Ayahnya merelakan sebagian aktivitasnya terhenti. Beliau sangat memikirkan mimpi dan cita-cita anaknya. Bagaimana pun Ratih adalah gambaran dari masa depan kehidupan bagi keluarganya. Kebahagiaan Ratih untuk terus sekolah harus dipikul sampai dia bisa melihat ruang keberhasilan untuk masa depannya.

Masa Depan Terpancar Pada Diri Ratih

Selama ini, Ratih mampu mengikuti semua materi pelajaran dengan baik. Kemampuannya menyerap mata pelajaran tak berbeda dengan teman-teman lainnya. Kecuali, kegiatan belajar olahraga. Ratih merasa kesulitan untuk bergerak bebas layaknya teman-teman sekelasnya. Ratih selalu ceria dalam kesehariannya di sekolah dan menunjukkan kekuatannya dengan selalu tersenyum saat bermain bersama teman-temannya.

Keterbatasannya dalam melangkah bukan halangan baginya dan suara parau yang nyaris hilang direnggut penyakit paru-paru tampak bukan penghalang berarti dan tak bisa memupus semangatnya untuk terus sekolah. Hanya saja, Ayahnya terus berharap semesta terus mendukung kegiatan anaknya dengan cuaca cerah, agar Ratih memiliki kesempatan yang lebih lama berada di sekolah seperti teman-temannya.

Ratih menunjukkan bahwa semangat itu harus datang dari dirinya sendiri. Atas bantuan orang tuanya, Ratih ingin menunjukkan kalau dia juga bisa menciptakan masa depan bagi dirinya sendiri. Dari sosok Ratih bisa diambil pelajaran, kalau dunia pendidikan sangat penting untuk meraih kemajuan untuk masa depan.

Mari Mendukung Semangat Ratih

Penyakit Ratih belumlah sembuh, orang tuanya terus mengupayakan pengobatannya dengan berbagai cara. Namun, upaya ini sering  terkendala permasalahan ekonomi keluarga yang terbatas. Sehingga pengobatan untuk Ratih terpaksan dihentikan oleh orang tuanya. Andai saja ada orang baik atau siapa saja yang dapat membantu semangat ratih dalam menatap masa depannya, pastilah Ratih senang sekali.

Seperti yang ditulis Kang Ipong dalam Blognya, kisah Ratih dituliskan untuk menggambarkan dan berbagi kisah tentang semangatnya terus belajar dan menuntut ilmu dengan keterbatasan penyakit kelumpuhan dan paru-paru yang mendera tubuhnya. Semoga saja, dari tulisan ini ada pihak yang mau turun tangan membantu Ratih, agar dia bisa menggapai semua mimpi dan cita-citanya. Agar Ratih bisa terlepas dari beban penyakitnya dan membuka harapan yang lebih baik untuk masa depannya. Semoga saja. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun