13307338-10209480422758099-1053854485803668968-n-1-574c35283697730a13de2ac9.jpg
Anggota Korang Bumi juga berfoto dengan Super Admin Sukabumi Facebook
13331097-10209480423478117-5024458083029514062-n-574c3511917e616d09ca6043.jpg
Disela-sela kegiatan, Korang Bumi sempat disapa oleh Kang Awan sebagai salah satu penggiat Komunitas yang juga konsen dengen pelestarian budaya sunda, salah satunya permainan tradisional. Pembicaraan dengan Kang Awan dan Korang Bumi tampaknya sangat menarik membahas, bagaimana caranya agar egrang itu dibuat menjadi permainan terkenal kembali. Kata kang Awan, “saya sebetulnya lagi menjadi komunitas yang bergiat dengan permainan tradisional ini,” bak gayung bersambut. Lalu Korang Bumi bertukar nomor telepon untuk menjalin hubungan selanjutnya mengenai kegiatan pengenalan egrang ini.
Sejak awal kedatangan Korang Bumi ke Gatering SF tersebut, tak sedikit yang bertanya dimana lokasi pembuatan egrang dan markas Korang Bumi berada. Ifram juga sering menjelaskan betapa pentingnya permainan ini bagi anak-anak saat ini, agar tak hanya bermain di rumah dan terlalu asik dengan egrangnya. “Coba bayangin saja, kalau anak-anak main hape terus, enggak pernah main diluar,” tanyanya ditanggapi dengan anggukan dari komunitas lainnya, pertanda setuju.
Menariknya lagi, Korang Bumi tak menyangka ternyata Egrang dijadikan salah satu permainan yang dilombakan hari itu. Egrang semakin terkenal hari itu karena semua group ikut dalam perlombaan tersebut. Tak kalah mau bersaing, Ujang dan Ipul berumur 6 tahun juga dilibatkan dalam lomba egrang. Siapakah lawan mereka? Anggota komunitas yang umurnya tentu saja tidak bisa dikatakan anak-anak. Bahkan ada bapak-bapak juga yang ikut bermain egrang.
Dari semua peserta lomba egrang, ternyata tak sedikit yang lancar berjalan di atas egrang dan masuk ke tahap lomba selanjutnya. Bagaimana dengan Ipul dan Ujang? Ipul tak menang dalam lomba egrang, tetapi Ujang berhasil menjadi salah satu sang jawara. Kalau orang hanya bisa berjalan, Ujang berlari dengan egrang ketika memanangkan perlombaan.
Syukurnya, Ujang berhasil menang dan tak membuat malu Korang Bumi. Ala bisa karena biasa, sang juara tentu saja dari anak kecil yang sering memainkan egrang.
Ujang, paling kecil difoto sang jawara egrang
Hari minggu lalu sampai hari ini, Korang Bumi dan Rumah Baca Bambu Biru senang bukan kepalang melihat egrang dimainkan banyak orang. Tak hanya anak-anak di Kampung Cibiru saja yang pintar meminkan permainan tradisional yang begitu beken bagi anak-anak era tahun 1990an. Rupanya tahun 2016 pun, egrang tetap menjadi permainan tradisional yang dimainkan secara bergantian oleh berbagai komunitas pada acara gathering tersebut.
Wahai kompasianer dan pembaca budiman, jangan ragu dan teruslah mengenalkan egrang. Pada suatu kali Pak Menteri Anies Baswedan mengatakan bahwa Belajar egrang berarti belajar tentang keseimbangan. Bila dibawa ke dalam pemaknaan yang lebih jauh, maka egrang dapat mengingatkan kita tentang keseimbangan dunia-akhirat; keseimbangan hubungan kita pada Allah, sesama makhluk dan lingkungan; dan keseimbangan peran kita di keluarga dan masyarakat. Menarik sekali, egrang sesungguhnya bukan sekedar permainan biasa, tetapi merupakan permainan yang memiliki makna mendalam dan istimewa yang layak dimainkan oleh anak-anak era teknologi cangih, anak saya, anak anda, dan anak-anak di Indonesia.
Foto bersama Gathering Sukabumi Facebook
Salam Egrang Dari Sukabumi
Berikut adalah Foto-Foto yang diambil dari Akun Sukabumi Facebook
13304970-10210011857632161-5178475863874965555-o-574cdce1f47a6119048b4571.jpg
Zalva dengan jagoan egrang
Tak menyerah mencoba berdiri, Foto dari Sukabmi Facebook
Foto dari Sukabumi Facebook
Lihat Humaniora Selengkapnya