Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Music

Lupakan "Musik untuk Republik", Mari Kita Songsong "Sumpah Pemuda"

19 Oktober 2019   23:27 Diperbarui: 19 Oktober 2019   23:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung WR Supratman (foto dok Alex Palit)

Bukannya saya a priori dengan perhelatan "Musik Untuk Republik" (MUR) yang digelar tiga hari -- tiga malam, 18 - 20 Oktober, di Buperta Cibubur -- Depok.

Di sini saya hanya menangkap bahwa gelaran musik dengan mengangkat tema keberagaman dan persatuan "dari musisi untuk persatuan Indonesia" lebih kuat nuansa politisnya ketimbang sebagai kreativitas kebudayaan.

Bahkan di benak saya sempat muncul pertanyaan, kalau kita bicara keberagaman dan persatuan, kenapa acaranya digelar 28 Oktober bertepatan Hari Sumpah Pemuda? Momentumnya akan lebih tepat.

Atau jangan-jangan MUR ini memang sudah dipersiapkan pemilihan tanggalnya bertepatan pelantikan Presiden Jokowi, 20 Oktober.

Mending mari kita lupakan "Musik Untuk Republik" dengan tagline-nya dari musisi untuk persatuan Indonesia.

Karena kalau kita bicara "dari musisi untuk persatuan Indonesia", secara terminologis makna kata ini rasanya lebih tepat disematkan dan dikumandangkan di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.

Karena secara historis, setiapkali memperingati Hari Sumpah Pemuda -- 28 Oktober, ingatan kita bukan hanya diingatkan kembali pada kenangan peristiwa bersejarah yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Momentum historis lainnya tak kalah pentingnya terlahir dari peristiwa tersebut yaitu lahirnya lagu "Indonesia Raya", untuk kali pertama diperdengarkan dihadapan peserta konggres tersebut, oleh seorang musisi bernama WR Supratman.

Dan apa yang dipersembahkan WR Supratman di Konggres Pemuda Indonesia II - 28 Oktober 1928, adalah persembahan seorang musisi untuk persatuan Indonesia.

Lewat bahasa musik yang ia tuangkan dalam lagu "Indonesia Raya", WR Supratman menunjukkan kepada kita semua akan arti kemerdekaan, akan arti kecintaan dan pengorbanan kepada tanah air, serta akan arti persatuan dan kesatuan.

Keikutsertaan WR Supratman di ajang konggres pemuda ini adalah satu-satunya perserta yang hadir bukan dari kalangan tokoh pergerakan, ia mewakili dirinya atas nama sebagai seorang seniman musik, seorang komponis.

Kalau perserta konggres yang didaulat maju semuanya tampil bicara menyampaikan pidato politiknya, tidak halnya dengan WR Supratman.

Ia memilih berpidato versi gayanya sendiri mewakili kapasitas pribadinya sebagai seorang seniman musik yaitu melantunkan lagu "Indonesia Raya" dengan gesekan biolanya.

Siapa sangka, hanya dengan gesekan biola ternyata resonansi nada-nada; "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya", bagai magnet yang memancarkan semangat kebangsaan dan persatuan peserta konggres.

Lagu, pada dasarnya tak ubahnya seperti bahasa, suatu artikulasi bunyi yang bermakna lebih dari sekadar instrumentasi bunyi yang didalamnya bisa mengungkapkan pesan-pesan, gagasan-gagasan, harapan-harapan, atau penyataan sikap, sebagaimana terartikulasikan dalam lirik lagu tersebut.

Di sini menunjukkan kepada kita bahwa musik memiliki peran cukup penting di tengah kehidupan, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Semoga dengan Sumpah Pemuda -- 28 Oktober 2019 akan menggugah dan membangkitkan kembali semangat musisi kita, "dari musisi untuk persatuan Indonesia", sebagaimana dicontohkan musisi dan komponis WR Supratman dengan lagunya "Indonesia Raya" di Konggres Pemuda Indonesia II - 28 Oktober 1928.

Alex Palit, citizen jurnalis pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun